Kendati pandemi corona kasusnya secara akumulasi di Indonesia secara umum di Indonesia masih tinggi, rata-rata masih lebih dari 1000an setiap hari. Bahkan informasi data dari pemerintah juga diragukan validitasya, ternyata aktivitas masyarakat di berbagai bidang kehidupan sudah terlihat nampak normal. Bukan lagi transisi apa lagi new normal, tapi benar-benar sudah nampak normal.
Hal ini mengacu dari Tempo (4/7/2020) yang menyebut bahwa data dari "Bersatu Lawan Covid" per 3 Juli 2020 data kasus yang diperoleh lebih tinggi dibanding data yang dilaporkan oleh Situs Gugus Tugas Covid-19 pemerintah.
Uniknya, atas perbedaan data tersebut, Yurianto, jubir Covid-19 pemerintah menyebut data dari Bersatu Lawan Covid tak dibutuhkan masyarakat dan menyebut hanya akan menimbulkan kepanikan dan mengatakan bahwa yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah memakai masker yang benar, cuci tangan, dan menjaga jarak.
Pernyataan Yuri ini semakin mempertegas bahwa selama ini, pemerintah memang tidak meng-update data kasus corona yang benar ke hadapan masyarakat. Bisa jadi juga, kasus yang setiap hari justru kini rata-rata di.atas seribu lebih, juga data rekayasa. Sebab, sebelum berlakunya PSBB data kasus malah rata-rata hanya 500an per hari. Ini mana yang benar?Â
Demi membela rakyat tidak panik dengan menyembunyikan data kasus tertular, sembuh, dan meninggal yang benar, justru masyarakat semakin abai dengan upaya pemerintah yang memang sejak awal kasus corona menangani dengan setengah hati bahkan dianggap "compang-camping".
Akibat dari ketidakjujuran pemerintah, rakyat malah tetap memaksakan dalam kondisi hidup normal karena tetap harus "makan" khususnya yang hidup dari usaha non formal.Â
Dalam kondisi corona yang berkepanjangan, yang paling diuntungkan adalah ASN, PNS, dan karyawan BUMN, yang tetap menerima gaji, meski harus bekerja dari rumah. Padahal gaji mereka bersumber dari pajak dan uang rakyat. Tetapi rakyat malah banyak yang semakin kelaparan dan menderita.
Bila kita simak lagi berita terbaru, melansir dari Kompas.com, Senin (6/7/2020) menyebutkan bahwa 239 ahli dari 32 negara memaparkan sejumlah bukti yang menunjukkan virus corona menyebar di udara dan dapat menular.
Atas bukti-bukti yang mereka miliki, para ilmuwan mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merevisi rekomendasinya, jika virus corona dapat menular lewat udara, ini adalah faktor penting dalam penyebaran pandemi. Hal ini terutama terjadi di ruangan dengan ventilasi buruk, konsekuensi penularan besar.
Selama ini, WHO berpendapat bahwa SARS-CoV-2 hanya disebarkan lewat droplet atau percikan pernapasan yang keluar saat seseorang batuk atau bersin.
Karenanya, dalam surat terbuka untuk WHO, ratusan ilmuwan ini memaparkan sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa partikel yang lebih kecil dan ada di udara dapat menginfeksi manusia.
Para peneliti berencana menerbitkan surat terbuka mereka dalam jurnal ilmiah minggu depan.Â