Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kembalikan Kepercayaan Rakyat atas Data dan Kasus Corona yang Benar di +62

2 Juli 2020   16:23 Diperbarui: 2 Juli 2020   16:28 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Bank Dunia dan prasangka +62

Melihat kondisi perkembangan corona Presiden Bank Dunia, David Malpass mengatakan, pandemi virus corona yang terjadi memperburuk situasi ketidaksetaraan di seluruh dunia.

Mereka yang berada di negara berkembang yang ekonominya sulit kian terpukul tanpa jaring pengaman sosial. Mereka yang di negara maju bisa melakukan pembelian aset bank sentral sehingga semakin menguntungkan yang kaya.

"Pandemi adalah malapetaka bagi negara berkembang yang akan membawa kerusakan jangka panjang dan output ekonomi global tak akan pulih ke tingkat pra pandemi selama bertahun-tahun," ujar Malpass, seperti dikutip dari Aljazeera.

Berbeda dengan apa yang dikatakan David, masyarakat +62 bahkan hingga kini masih sangat terombang-ambing oleh kebenaran data-data kasus corona.

Kendati secara fakta kasus corona di dunia terus meningkat baik yang terjangkit, yang sembuh, dan yang meninggal, namun kisah corona di Indonesia terus diliputi prasangka tidak percaya atas data-data corona yang terus disajikan oleh pemerintah.

Yang menjadi pertanyaan, sebelum adanya pemberlakuan PSBB, kasus setiap hari di Indonesia akumulasi yang dilaporkan oleh Gugus Tugas Covid-19 dikisaran 500an, tetapi mengapa setelah berlaku PSBB, mengapa kasus rata-rata di atas seribuan?

Bahkan di Ambon pun, seperti ditayangkan oleh saluran televisi siang ini , Kamis (2/7/2020) ada demostrasi rakyat karena masih adanya pemberlakukan PSBB seperti di Banten.

Malah sejak Presiden Jokowi Marah akibat dana Rp75 triliun baru terserap 1,53 persen, lalu muncul kisah budaya pengendapan dana di pemerintahan pusat yaitu di kementerian dan di pemerintah daerah yang terbaca rakyat sebagai upaya mencari selisih bunga bank, maka rakyat yang sejak awal dibikin tak percaya atas data-data kasus corona yang terus direkayasa, maka ada pemikiran "prasangka" bahwa kasus corona memang sengaja diperpanjang demi "anggaran".

Kata lainnya, adanya kasus corona menguntungkan "beberapa pihak" yang justru memanfaatkan corona untuk keuntungan mengeruk keuntungan mendapatkan dana dan "usaha-usaha" pihak yang terlibat.

Ini semua akibat dari rekayasa kasus yang malah terucap oleh pemimpin kita bahwa kasus sengaja direkayasa agar rakyat tidak panik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun