Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Literasi Model Baru, Cukup Baca Judul, Abaikan, dan Merasa Tahu

26 Juni 2020   14:59 Diperbarui: 26 Juni 2020   15:07 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Fenomena baru menyoal masyarakat kita di zaman ini yang  saya identifikasi di antaranya:Pertama, baru melihat/membaca judul berita/artikel/opini dll, merasa sudah tahu, paham, dan menguasai persoalan.

Kedua, melihat ada orang lain meng-share berita/artikel/opini/video dll dalam grup media sosial, tak peduli.

Ketiga, melihat ada orang lain meng-share berita/artikel/opini/video dll dalam grup media sosial, langsung ikut latah membagikannya ke grup atau individu lain tanpa membaca/menonton tuntas terlebih dahulu materi berita/artikel/opini/video dll yang langsung dibagikan atau diteruskan.

Dan, masih banyak perlaku lainmya, yang semakin menunjukkan bahwa memang literasi masyarakat kita "rendah".

Sehingga, jika Indonesia dikritik sebagai negara yang rendah tingkat literasinya, baik membaca, menulis maupun berpikir kritis, memang itulah beberpa perilakunya.

Di samping itu, berdasarkan berbagai survei yang menghadirkan fakta angka-angka, tingkat literasi rakyat bangsa kita dibandingkan dengan negara lain begitu jauh tertinggal.

Pangkal masalah mengapa hasil membaca masyarakat Indonesia rendah sebelum zaman milenial, generasi Z, dan generasi digital, karena sebab  infrastruktur yang buruk, kualitas pendidikan yang buruk, gizi yang buruk, buku yang mahal dan sebagainya.

Setali tiga uang, kemampuan menulis dan berbicara, serta berpikir kritis pun dalam kondisi sebelas duabelas dengan membaca.

Dalam bidang pendidikan dan ilmiah lebih parah, sebab produksi jurnal ilmiah di tingkat universitas se-Asia Tenggara, Indonesia di daulat sebagai yang paling rendah pula. Padahal sewajibnya, lulusan universitas adalah ujung tombak penyebar dan motivator budaya literasi di Indonesia.

Lebih menyedihkan, saat sekarang kehadiran gawai smartphone sampai semua hal yang bersifat digital membanjir tak terbendung di Negara Indonesia,  ternyata literasi tetap rakyat tetap saja jauh dari harapan.

Padahal kini literasi adalah modal utama bagi manusia sebagai kemampuan dasar untuk bertahan hidup di era global dan digital. Literasi adalah kemampuan membaca, menulis dan berpikir kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun