Terkait dengan filsafat, maka dalam permainan sepak bola jelas ada intelegensi dan personaliti yang lebih menjadi pondasi bagaimana seorang anak dapat mengendalikan kemampuan teknik dan fisiknya, menjadikan seorang anak memahami siapa diri dan seberapa besar kemampuan teknik dan fisiknya. Saat berada di tim dapat menjadi anggota tim yang kolektif, tidak individuallistis dan egois.
Pendidikan sesuai KF
Bila KF yang disempurnakan nanti sudah tercetak, maka sangat diharapkan pula para pembina dan pelatih khususnya sepak bola akar rumput, tidak lagi akan melatih dengan cara "lama". Namun, para pelatih sepak bola yang memiliki lisensi akan beralih menjadi pendidik, yaitu membekali siswa menjadi "berkarakter".
Sebagai contoh, seorang pelatih ketika menjadi pendidik akan menularkan empat aspek keilmuan dan praktiknya baik untuk kebutuhan di dalam lapangan maupun kehidupan sehari-hari.
Semisal aspek standar pesepakbola harus mumpuni dalam intelegensi, personaliti, teknik, dan fisik. Bagaimana seorang pelatih mentranser sekaligus mendidik pemain melalui sebuah materi yang tertuang dalam kurikulum?
Sebagai contoh, semisal materinya passing untuk level usia dini, kelas VI (usia 12 tahun). Sebagai asumsi, usia dini kelas I usia 7 tahun.
Maka saat mengajarkan dan mendidik siswa langsung menyelipkan makna pendidikan dari passing, semisal passing yang benar sesuai teknik passing, lalu melihat jarak yang di passing, maka akan ada hubungan dengan fisik, yaitu seberapa kekuatan passing yang dibutuhkan.
Saat melakukan passing juga bekerja intelgensi dan personaliti. Maka, ada aspek dan indikator yang mempengaruhi, hingga akhirnya passing disebut benar dan berkualitas.
Pelatih, dapat menyelipkan pendidikan karakter pada anak, semisal, passing yang benar itu, tidak membahayakan diri sendiri, tidak merepotkan teman yang menerima passing, tidak terpotong oleh lawan, tidak mempengaruhi tempo permainan, tidak individulis dan egois, mementingkan kepentingan kolektivitas dan tujuan, taktik, intrik, dan politik tim.
Bila filosofi passing diterapkan dalam kehidupan nyata, maka seorang anak akan dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat  tidak membuat susah sendiri, tidak merepotkan orang lain, tidak membikin masalah yang membahayakan diri, keluarga/masyarakat, tidak egois, mementingkan kerjasama, tidak individualis, karena cerdas intelgensi dan personaliti.
Sehingga, dalam mengajarkan dan mendidik, seorang pelatih akan terstruktur dan terprogram sesuai  tujuan, materi, strategi, pembelajaran/pelatihan/pembinaan, benar mengorganisasinya dan benar dalam mengevaluasinya hasil pelatihannya.