Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Penyempurnaan Kurikulum Filanesia Segera Diwujudkan

23 Juni 2020   00:17 Diperbarui: 23 Juni 2020   00:20 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW

Terkait dengan filsafat, maka dalam permainan sepak bola jelas ada intelegensi dan personaliti yang lebih menjadi pondasi bagaimana seorang anak dapat mengendalikan kemampuan teknik dan fisiknya, menjadikan seorang anak memahami siapa diri dan seberapa besar kemampuan teknik dan fisiknya. Saat berada di tim dapat menjadi anggota tim yang kolektif, tidak individuallistis dan egois.

Pendidikan sesuai KF

Bila KF yang disempurnakan nanti sudah tercetak, maka sangat diharapkan pula para pembina dan pelatih khususnya sepak bola akar rumput, tidak lagi akan melatih dengan cara "lama". Namun, para pelatih sepak bola yang memiliki lisensi akan beralih menjadi pendidik, yaitu membekali siswa menjadi "berkarakter".

Sebagai contoh, seorang pelatih ketika menjadi pendidik akan menularkan empat aspek keilmuan dan praktiknya baik untuk kebutuhan di dalam lapangan maupun kehidupan sehari-hari.

Semisal aspek standar pesepakbola harus mumpuni dalam intelegensi, personaliti, teknik, dan fisik. Bagaimana seorang pelatih mentranser sekaligus mendidik pemain melalui sebuah materi yang tertuang dalam kurikulum?

Sebagai contoh, semisal materinya passing untuk level usia dini, kelas VI (usia 12 tahun). Sebagai asumsi, usia dini kelas I usia 7 tahun.

Maka saat mengajarkan dan mendidik siswa langsung menyelipkan makna pendidikan dari passing, semisal passing yang benar sesuai teknik passing, lalu melihat jarak yang di passing, maka akan ada hubungan dengan fisik, yaitu seberapa kekuatan passing yang dibutuhkan.

Saat melakukan passing juga bekerja intelgensi dan personaliti. Maka, ada aspek dan indikator yang mempengaruhi, hingga akhirnya passing disebut benar dan berkualitas.

Pelatih, dapat menyelipkan pendidikan karakter pada anak, semisal, passing yang benar itu, tidak membahayakan diri sendiri, tidak merepotkan teman yang menerima passing, tidak terpotong oleh lawan, tidak mempengaruhi tempo permainan, tidak individulis dan egois, mementingkan kepentingan kolektivitas dan tujuan, taktik, intrik, dan politik tim.

Bila filosofi passing diterapkan dalam kehidupan nyata, maka seorang anak akan dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat  tidak membuat susah sendiri, tidak merepotkan orang lain, tidak membikin masalah yang membahayakan diri, keluarga/masyarakat, tidak egois, mementingkan kerjasama, tidak individualis, karena cerdas intelgensi dan personaliti.

Sehingga, dalam mengajarkan dan mendidik, seorang pelatih akan terstruktur dan terprogram sesuai  tujuan, materi, strategi, pembelajaran/pelatihan/pembinaan, benar mengorganisasinya dan benar dalam mengevaluasinya hasil pelatihannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun