Drama saling serang dan balas serangan pun akhirnya nampak dalam berbagai berita media. Pertanyaannya, apakah drama STY dengan PSSI dan beberapa individu dalam PSSI nyata dan sehabat realitas dan faktanya? Belum tentu.
Tetapi akhirnya muncul Satgas lah, muncul pernyataan pecat lah, muncul saling berbalas sindiran dan pernyataan, muncul klarifikasi, yang semuanya masih ada dalam tayangan dan berita dari media. Karena, STY sendiri masih di Korea, mengapa persoalan STY menjadi begitu diminati media?
Jangan-jangan, di tengah situasi PSSI yang kini memang sedang berbenah dan bersih-bersih, lalu banyak Pekerjaan Rumah (PR), demi menuju prestasi sesuai visi-misi dan tujuan, memang sepertinya ada kepentingan dari "gerbong klasik" yang memang sengaja menciptakan susana ini dan media menjadi sarananya untuk menggembosi PSSI di bawah kepemimpinan M. Iriawan alias Iwan Bule alias Ibul. Kira-kira keuntungan apa yang diperoleh media dari kasus khusus STY ini?
Bila setiap kasus di PSSI dan sepak bola nasional, ternyata peranan media dimanfaatkan oleh "gerbong klasik" atau "gerbong baru" yang berupaya membikin agar PSSI terus keruh dan kisruh, maka jelas bahwa sepak bola nasional dan PSSI memang tak akan dibiarkan berjalan di koridor yang benar demi menuju prestasi bangsa, namun memang terus diarahkan agar PSSI dan sepak bola nasional hanya dimanfaatkan untuk "kepentingan gerbong" saja.
Kasihan publik sepak bola nasional, sudah tenaga dan pikirannya mendukung penuh PSSI dan sepak bola nasional, lalu keberadaannya juga dimanfaatkan oleh sponsor dan menjadi penghasil uang sebagai supoeter yang membeli tiket, keberadaannya pun sangat signifikan sebagai "suara" dalam perolahan angka di  jalur politik oleh para elite dan partai pilitik. Sadarkah publik akan hal ini?
Sebab itu, PSSI sebagai federasi olah raga terbesar di Indonesia, karena berbagai hal di dalamnya dan begitu besar pula segala kepentingan" yang dapat menggunakan sepak bola dan PSSI sebagai alat dan kendaraanya, maka sepanjang sejarah PSSI berdiri terus menjadi sumber kepentingan dan keuntungan berbagai pihak.
Saya yakin, khusus kasus STY, dalam beberapa hari ini atau dalam beberapa waktu ke depan, persoalannya akan benderang, karena akan ada lagi jalinan komunikasi yang benar.
Harapannya, baik STY dan PSSI dan individu-individu di dalamnya, tidak terpancing oleh media, hingga harus saling melancarkan perang urat syaraf yang memilukan dan memalukan bagi bangsa Indonesia, karena PSSI sebagai pemberi kerja dan STY sebagai pekerja, tinggal melihat klausul kontrak saja.Â
Bila ada di antara pihak yang mengingkari kontrak, maka hukum kontraklah yang akan bicara. Tidak ada hukum media yang menurut saya justru menjadi "pengeruh" suasana. Tidak ada angin, tidak ada hujan, kok kasus STY menjadi booming (nyaring/besar).
Mustahil bila tidak ada pem-booming-an bila tak "menguntungkan".
Namun, demikian, semoga saja, media yang menjadi cikal-bakal kasus STY-PSSI ini booming, benar-benar karena fungsi dan tujuananya, bukan karena ada embel-embelnya.