Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harkitnas, Setop Penjajahan Baru!

20 Mei 2020   06:09 Diperbarui: 20 Mei 2020   07:03 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat penjajahan, penderitaan, penyiksaan oleh mereka tidaklah bisa dibiarkan. Karena hakikat dari kehidupan adalah kemerdekaan. Kemerdekaan berpikir, kemerdekaan berbuat, dan beraktivitas. 

Keinginan merdeka sesungguhnya adalah keseimbangan untuk berlangsungnya kehidupan tanpa intervensi, kehidupan tanpa paksaan. Dan kemerdekaan tentu bukanlah kebebasan tanpa aturan, atau kebebasan yang membunuh kebebasan lainya. 

Dengan kondisi pemerintahan dan parlemen serta kepemimpinan seperti sekarang, rakyat sudah tidak lagi merasa merdeka. Rakyat kembali merasa dijajah oleh "kalian! 

Pahamilah, perilaku dan teladan pahlawan bangsa tentu harus dibangkitkan kembali pada para pemimpin kita ini,  hingga tak ada lagi kesombongan, kebohongan, dan keangkuhan atas kekuasaan yang kini sudah menjadikan NKRI bak kerajaan. 

Di mana sikap lapang dada, menghargai perbedaan, nasionalisme, patriotisme, yang selama ini menjadi amunisi bangsa, menuju kekayaan bangsa, rakyat adil makmur dan sejahtera? 

Ke mana saja para pemimpin bangsa selama ini? Hanya butuh suara rakyat untuk memperoleh kursi di singgasana. Namun, setelah dapar kursi, lupa diri, lupa rakyat, dan hanya mengabdi pada partai dan cukong. 

Tidak ada lagi karakter yang dibanggakan, krisis moral, penuh kamuflase, munafik, sehingga akibatkan jiwa rakyat rapuh, hilang jatidiri bangsa, hilang etika, simpati, dan empati. 

Lahir dan suburlah jiwa-jiwa yang tak peduli, antipati, dan skeptis. 

Bila momentum Harkitnas kali ini hanya numpang lewat, tak memberi arti dan makna bagi para pemimpin, pemerintah, dan parlemen, jangan harap rakyat akan kembali peduli, menghargai, dan menghormati Anda. 

Kini, rakyat benar-benar kehilangan arah, kehilangan panutan dan teladan. 

Semoga, Harkitnas kali ini, benar-benar menyadarkan kalian yang terlena dan melupakan kewajiban, membahagikan dan mensejahterakan rakyat, bukan menindas dan menciderai hati rakyat. Setop, jangan menjadi penjajah di negeri sendiri, kepada rakyat sendiri yang memilih kalian menjadi pemimpin. Setop, jangan bikin rakyat marah! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun