Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

(12) Ramadan Tak Biasa, Pentingnya Membangun Kesadaran Diri

5 Mei 2020   00:08 Diperbarui: 5 Mei 2020   00:06 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila semua yang lain adalah kawan, maka hidup akan penuh kasih sayang.

(Supartono JW.05052020)

Setelah hari ke-11,  ibadah Ramadan Tak Biasa (RTB) di tengah pandemi corona, hal yang paling menyita perhatian kita selama ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan kerjasamanya dengan upaya pemerintah melakukan tindakan pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid 19 (PAPC19). 

Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk PAPC19 yang sudah mengerucut hingga pada kebijakan PSBB ini, bahkan hampir setiap waktu menjadi pemberitaan media massa dan televisi. Sehingga, ibadah Ramadan kali ini bagi sebagian masyarakat memang menjadi kurang khusu, karena terganggu dengan sikap masyarakat. 

Padahal, kini Ramadan sudah memasuki 10 hari kedua keistimewaan yang penuh ampunan. 

Masyarakat "bandel" korban bertambah 

Sangat mudah mengidentifikasi apa yang kurang dari kesadaran masyarakat kita ini, sebab apa pun alasannya, masyarakat yang masih "bandel" mengabaikan dan cenderung melawan aturan PAPC19 dalam wujud PSBB, memang jelas-jelas tidak sayang pada diri sendiri, tidak sayang pada keluarga, dan terutama tidak sayang kepada masyarakat lainnya, karena virus corona tidak akan dan tidak pernah memilih siapa korbannya. 

Jelas sekali, sebagian masyarakat kita yang masih kurang sadar dan bandel, memang masih sangat jauh dari kecerdasan intelegensi dan personaliti, dan yang paling sering kita baca dan dengar dalam pemberitaan, mereka bandel karena selalu membawa-bawa nama Allah. 

Seperti kejadian di Bogor, ada  warga yang malah marah saat di minta oleh petugas agar istrinya pindah ke bangku tengah mobil dan mengaitkan dengan ajaran Islam. Padahal, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah mengeluarkan fatwa demi keselamatan masyarakat Indonesia dari amcaman corona melalui pintu PAPC19 dan PSBB dan sejenisnya. 

Lebih memprihatinkan, hampir di setiap pusat perbelanjaan di seluruh kota Indonesia, baik pasar modern maupun pasar tradisional, di jalan-jalan raya, di masjid-masjid, taman, masih tetap saja ada massa, terlebih saat sore hari menjelang berbuka puasa, masyarakat masih ke luar rumah mencari kebutuhan untuk berbuka dll, dalam kondisi normal, seperti hari-hari biasa saat tidak ada pandemi, padahal sudah ada peraturan PSBB. Bahkan penggunaan masker dan jaga jarak pun juga seolah hanya slogan. Belum lagi persoalan larangan mudik, yang terus menuai masalah, karena masyarakat terus dengan berbagai cara berupaya mudik, meskipun sudah terbukti, akibat ada warga yang mudik, corona terus menyebar.

Akibatnya, kini setiap hari masyarakat terdampak corona terus bertambah, baik yang positif maupun yang meninggal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun