Bila hanya kenal, namun tak dekat dan tak paham, apalagi tak satu visi-misi-tujuan, maka sulit bersatu dalam menggapai impian.
(Supartono JW.03052020)
Hadirnya pandemi corona di seantero dunia, tak pelak menggerus seluruh sendi kehidupan, terutama di bidang ekonomi, sosial, kemananan, budaya, dan olah raga. Sesuai dengan upaya pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid 19 (PAPC19), pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan PAPC19, paling aktual adalan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).Â
Dalam PSBB, seluruh masyarakat tak terkecuali, wajib patuh terhadap peraturan dengan tetap belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Bila terpaksa harus ke luar rumah wajib menjaga jarak dan menggunakan masker, serta adanya peraturan larangan mudik selama Ramadan hingga Idul Fitri 1441 Hijriyah.
Atas kondisi ini, setelah mundurnya Sekjen PSSI. Lalu kini proses pemilihan Sekjen baru juga terkesan terhenti, karena adanya polemik Ketua Umum PSSI dan Wakil Ketua Umum gara-gara kasus nepotisme.Â
Sementara, proses pemilihan Sekjen, Deputi, dan Direktur Keuangan PSSI juga ikut "mandeg" gara-gara masalah klasik di tubuh PSSI, yaitu masih lekatnya pengurus yang masih bergerbong-gerbong. Sampai kapan PSSI akan terus begini? Jangankan mengantarkan tim nasional berprestasi, mengurus kendaraannya sendiri saja, tidak lulus.
Sejatinya, dalam situasi sekarang ini, menjadi waktu yang sangat tepat bagi PSSI untuk mengevaluasi dan merefleksi arah pembinaan sepak bola nasional dari akar rumput hingga tim nasional berprestasi, serta pembenahan organisasi baik dari segi individu pengurus maupun program-progamnya.Â
Kini, di saat corona, bagaimana PSSI mau dapat memikirkan anggota-anggotanya yang ditempa musibah, lalu memberikan bantuan atau subsidi, atau ada cara lain misalnya demi membantu klub dan pelaku sepak bola nasional, urus dirinya sendiri saja masih belum bisa.
Apalagi terkait pembinaan sepak bola nasional. Ibarat sebuah bangunan gedung, tidak akan ada bangunan yang kokoh bila tak memiliki pondasi yang kuat. Demikian pula dengan PSSI, tim nasional akan mustahil berprestasi, bila pondasi pembinaan dasarnya tidak kuat, apalagi diabaikan. Banyak sekali pekerjaan rumah PSSI hingga tugas menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Mana dulu yang akan disukseskan?
Kualifikasi Pengurus PSSI
Sudah 90 tahun usia PSSI, namun hingga kini sangat sulit tim nasional Indonesia di bawah besutan PSSI meraih tropi. Jangankan di tingkat dunia atau Asia, di ranah Asia Tenggara saja terus tercecer. Apa pasalnya? Banyak hal yang tidak ditangani dengan serius dan profesional oleh PSSI.Â