Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

(8) Ramadan Tak Biasa, PSBB, dan Larangan Mudik Menyulitkan

1 Mei 2020   00:13 Diperbarui: 1 Mei 2020   00:04 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: doc.Supartono JW

Hari ketujuh Ramadan Tak Biasa, sudah kita lewati. Dalam situasi wabah corona, dengan tindakan pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid 19 (PAPC19) kondisi masyarakat, khususnya para perantau di berbagai daerah kini sudah merasakan beratnya penderitaan yang mereka rasakan sebab PSBB dan larangan mudik yang semakin menyulitkan.

Bila kita menyimak kondisi masyarakat perantau yang ada di Jabodetabek misalnya. Di berbagai pemberitaan media massa dan televisi, kini mereka benar-benar banyak yang tertekan, sebab tak ada lagi pekerjaan akibat di PHK, atau tak dapat lagi berusaha di sektor informal. 

Imbasnya, tidak ada pemasukan, buat makan tak ada, apalagi membayar sewa tempat tinggal kontrakan. Sudah begitu, sebagian dari mereka pun ada yang masih terlibat utang dari pinjaman pihak lain atau pinjaman on line. 

Presiden  pun melarang leasing melakukan penagihan apalagi menggunakan jasa debt collector. Tak pelak, hal ini membuat para debt coollector kehilangan pekerjaan pun susah makan dan terjerat pinjaman online, bahkan kini kisahnya muncul dalam video yang beredar di media sosial. 

Lalu, begitu banyak korban PHK dan pekerja sektor informal lain yang juga tak lagi dapat bergerak demi mencari nafkah. Buntutnya sama, untuk biaya makan, sewa kontrakan, dan mengangsur pinjaman serta mengirim uang untuk keluarganya di kampung juga sangat kesulitan.

Sudah begitu, tidak ada sanak saudara, mau memaksakan mudik pun sudah ada larangan. Dalam tayangan berita di berbagai televisi pun, terus tersorot kamera saat para petugas akhirnya memaksa para pemudik baik yang menggunakan motor, kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum harus putar balik, kembali ke tempat asal. 

Sungguh melihat situasi dan kondisi tersebut sangat memiriskan hati. Sebab, dalam kondisi seperti itu, siapa yang akan menanggung biaya putar balik ke tempat asal, biaya hidup, dan biaya tempat tinggal, sedang mereka yang dianggap "bandel" memaksa mudik saja sudah dengan pas-pas-an hingga ada yang harus meminjam uang dulu ke keluarga atau kerabat demi pulang kampung, meski mereka juga sudah mengetahui ada peraturan larangan mudik. 

Kisah penjual pecel lele

Di antara mereka ada yang usahanya adalah jualan kaki lima. Sudah modalnya pas-pasan, barang dagangan dan tempat jualannya pun (meja/kursi) diangkut oleh para petugas satpol PP, mereka tak tahu harus berbuat apa demi menyambung hidup, sementara pulang ke kampung halaman juga tidak bisa. Derita mereka, siapa peduli? 

Atas kondisi ini, sungguh golongan masyarakat bawah, hidup semakin tertindas. Ada yang dapat bantuan sembako, ada yang tidak dapat karena tak terdata. Namun, kebutuhan mereka bukan hanya sembako. Mereka rata-rata juga punya tagihan dan angsuran hutang. Siapa yang mau menolong kesusahan ini? Derita mereka, siapa peduli? 

Saat hari Selasa, (28/4/2020) saya memakasakan diri ke luar rumah, guna membeli kelapa muda untuk takjil buka puasa di penjual langganan, saya agak kaget, sebab warung kontrakan sebelahnya terlihat tak terurus, acak-acakan. Padahal warung tersebut adalah warung pecel lele dengan sambal khas, sehingga selama ini sudah berhasil menggaet pelanggan yang luar biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun