Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan ada 213 keluhan siswa tentang belajar dari rumah. Kebanyakan mengeluh soal tugas menumpuk dari guru.
Sementara itu, survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menemukan 58 persen anak mengaku tidak senang menjalani program Belajar dari Rumah.Â
Masalah tugas menumpuk dan masalah tidak senang belajar di sekolah juga sudah menjadi budaya siswa sebelum corona. Nah, kini saat corona, tugas menumpuk dan tidak senang belajar di rumah, menjadi alasan lagi. Di mana sebenarnya akar masalah?Â
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza Azzahra menilai evaluasi belajar jarak jauh dan langkah konkret penanganannya harus dilakukan, sebab terbukti hanya menumpuk tugas siswa, siswa pun tak senang.Â
Terlebih pandemi corona juga masih belum dapat diprediksi kapan akan usai. Adanya keluhan siswa, jelas mengindikasikan guru/dosen belum memahami dengan baik konsep belajar jarak jauh. Pembelajaran daring pun tak bisa dilakukan merata di Indonesia karena keterbatasan infrastruktur dan akses teknologi.Â
Setali tiga uang dengan keluhan belajar online, keluhan belajar melalu program Belajar dari Rumah (BDR) di TVRI yang dimulai Senin (13/4) juga menuai masalah.Â
Di antara keluhanannya, beberapa siswa tak bisa mengikuti karena jaringan televisi yang buruk, dan ada juga yang terhalang tugas menumpuk. Dan, ada guru yang dengan enaknya hanya meminta siswa merangkum seluruh pelajaran dari TV yang juga harus ditonton setiap hari.Â
Keterbatas bahwa tidak semua siswa juga mempunyai gadget, harus menonton saluran TV, sementara komunikasi dengan guru kelas atau guru mata pelajaran atau wali kelas terkendala.Â
Ada yang kendalanya karena pulsa, ada yang komunikasi dengan guru tidak lancar karena guru menjawab pertanyaan siswa juga lambat menjawab atau malah tidak menjawab.Â
Pokoknya, banyak kejadian yang justru membuat siswa jadi malas untuk belajar dan mengerjakan tugas. Akibatnya, jangankan materi pelajaran dikuasai siswa, memahami teori dan praktiknya saja siswa kesulitan, karena guru banyak yang asal main suruh dan instruksi saja.Â
Dalam kondisi normal, banyak siswa di kelas yang bermasalah. Biasanya guru kelas/guru mata pelajaran hingga wali kelas, sering tenaga, waktu, dan pikirannya, tercurah untuk siswa tersebut.Â