Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sejak Dini Pikirkan Dampak Psikologis

26 Maret 2020   20:06 Diperbarui: 26 Maret 2020   21:41 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanda-tanda kepanikan masyarakat kini semakin nyata, sebagian masyarakatpun sudah mulai sulit untuk makan karena tidak ada uang, dan kegiatan mudik pun sulit dikendalikan.

Ujungnya, virus malah semakin berkembang penyebarannya, karena masyarakat cemas dan panik, terlebih semua dianjurkan untuk berdiam diri di rumah dan jaga jarak.

Itu sebabnya, profesor epidemiologi Universitas Yale, Kaveh Khoshnood juga mengungkapkan bahwa jarak sosial, serta perasaan panik, akan memiliki konsekuensi kesehatan mental. 

Seharusnya pemerintah tidak mengabaikan dampak kesehatan mental dari wabah ini, karena ada banyak ketakutan dan kecemasan dan itu dapat mendorong perilaku yang merugikan diri sendiri. 

Setali tiga uang, beberapa orang tidak tahu cara mengelola kecemasan dan ketakutan mereka dan dapat beralih ke penggunaan hal-hal negatif seperti narkoba dll, demi untuk memberi mereka bantuan sementara, untuk rileks. 

Dapat dipastikan pula, wabah corona menghasilkan berbagai macam emosi yang berdampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis, termasuk kekecewaan tentang peristiwa yang dibatalkan, ketidakberdayaan dalam menghadapi ancaman besar, dan tidak berharga bagi mereka yang tidak bisa pergi bekerja. 

Ini sudah mulai dirasakan masyarkat dunia pada umumnya, khususnya juga masyarakat Indonesia, sehingga masih banyak yang abai dan tak mengindahkan imbauan pemerintah, meski sejatinya masyarakat juga panik dan depresi, namun terpaksa tetap harus melakukan rutinitas seperti sedang tidak ada corona. 

Menurut Lebowitz, cara covid-19 mempengaruhi kehidupan orang-orang di seluruh dunia mirip dengan situasi masa perang. Lebih dari 7.000 orang telah meninggal karena virus di seluruh dunia. Pemerintah memobilisasi tentara dan polisi untuk menghentikan penyebaran, ekonomi menderita, dan orang-orang berjongkok di rumah mereka. 

Lebowitz pun menambahkan bahwa  mengurangi bekas luka psikologis virus dapat mulai dari sekarang, dengan memastikan orang memiliki akses ke perawatan dan keamanan untuk keuangan mereka. 

Karenanya, setiap orang harus berusaha mempertahankan rutinitas sebanyak mungkin dan akan membantu membuatnya lebih mudah untuk kembali ke 'kehidupan normal' setelah krisis berlalu. 

Untuk itu, untuk masyarakat Indonesia, juga harus sudah sejak sekarang membiasakan tetap berhubungan dengan keluarga dan teman-teman, meski dengan komunikasi jarak jauh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun