Seperti halnya ekonomi ambruk yang dapat dibangun lagi, maka belajar dan pekerjaan juga dapat diulang lagi, mungkin istilahnya bisa dari awal lagi, saat nanti kondisi virus benar-benar telah terkendali dan pergi.Â
Jadi, bila sekarang banyak masyarakat berpikir bahwa dukungan belajar di rumah dengan penggunaan teknologi perlu mendapatkan pantauan serius dari institusi pendidikan untuk memastikan setiap anak dari pelbagai kelompok ekonomi mendapatkan akses belajar, tidak juga harus demikian.Â
Andai faktanya tidak seperti apa yang diharapkan, pun tidak perlu bicara pantauan serius, karena yang lebih serius dan lebih penting adalah bagaimana masyarakat terhindar dari penyebaran dan penularan virus.Â
Terlebih, harus sangat disadari bahwa tingkat "ketimpangan berbagai" di Indonesia masih sangat tinggi, baik pada masyarakat di perkotaan ataupun di pedesaan.Â
Ketimpangan itu di antaranya dalam hal tingkat ekonomi yang tentunya akan mempengaruhi anak dalam mengakses fasilitas teknologi saat belajar di rumah dan karyawan yang juga akan mengakses pekerjaan di rumah.Â
Mungkin sebagai acuan, referensi agar pemikiran pemerintah dan masyarakat terbuka menyoal situasi belajar, Dana Goldstein, seorang penulis buku yang berjudul The Teacher Wars, memaparkan sebagian besar rumah tangga di Amerika memiliki internet, tetapi jurang ketimpangan berdasarkan pendapatan, ras dan tingkat pendidikan orang tua tetap berpengaruh signifikan pada kemampuan orangtua dalam mendampingi anak-anaknya belajar di rumah dengan fasilitas teknologi.Â
Dalam buku juga diulas bahwa keluarga berpenghasilan rendah lebih cenderung bergantung pada telepon pintar atau smart phone untuk mengakses internet, sehingga anak-anak dalam rumah tangga tersebut tidak dapat menggunakan perangkat lunak pembelajaran yang lebih canggih yang membutuhkan tablet atau komputer.Â
Nah, dengan bermodalkan smart phone yang terbatas, tidak mustahil bagi anak yang memiliki saudara kandung harus menyelesaikan tugas sekolah mereka dengan satu ponsel. Ketimpangan akses teknologi digital dapat mengakibatkan ketertinggalan dalam proses belajar bagi anak dan jika situasi darurat ini tidak dapat diatasi segera, maka dalam jangka panjang akan berdampak pada pencapaian Pendidikan anak.Â
Apakah dampak pendidikan karena adanya ketimpangan ini telah dipikirkan pemerintah kita? Yakin hal ini terjadi di Indonesia, karenanya, seperti ekonomi yang ambruk dapat dibangun lagi, maka belajar yang tertinggal karena adanya virus dan ketimpangan ekonomi dan sosial di Indonesia, juga akan dapat dikejar lagi.Â
Jadi, seharusnya yang terjadi di Indonesia secara seiring sejalan adalah, nomor satu bagaimana menyelematakan nyawa setiap warga negara dari ancaman virus corona.Â
Lalu, atas kesadaran berbagai ketimpangan yang ada, pemerintah juga menggaransi seluruh lapisan masyarakat tetap dapat makan, sehat, dan tidak terganggu ibadahnya. Kemudian untuk urusan "duniawi" sama-sama dipikirkan bahwa nanti setelah wabah virus usai, yakin semuanya akan dapat dimulai lagi, dikejar lagi, dibangun lagi, bangkit lagi.Â