Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Setop Para Pembantu Presiden Membikin Kontraproduktif

19 Maret 2020   08:53 Diperbarui: 19 Maret 2020   08:55 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus Corona sudah nyata. Korbannya juga terus bertambah di seluruh belahan dunia, pun di Indonesia. Bahkan dari segi hitungan statistik, Indonesia langsung melejit diurutan kedua dalam jumlah korban yang meninggal di lihat dari kasus-kasus setiap negara di dunia. Bukan dari segi jumlah, lho. 

Seiring dengan itu, narasi-narasi dan wacana yang dibangun para "pembantu Presiden" di media massa maupun televisi semakin membikin resah rakyat karena terus diusung dengan embel-embel "politik mencari muka".

Sementara, dalam penanganan pencegahan dan pengobatan justru semakin membuat rakyat gusar, sebab sebagian besar rakyat sangat paham, bahwa hadirnya virus Corona bila tak lakukan pencegahan masif, sama dengan menyodorkan nyawa rakyat untuk dimangsa. 

Namun, pencegahan masif yang tadinya sebagai kebijakan tak populer semacam lokcdown, di negara lain menjadi populer. Sehingga menyoal virus Corona di Indonesia, karena secara geografis, secara kultur dan budaya, secara sosial, secara edukasi dan kecerdasan, serta khususnya secara politik, keamanan, dan ekonomi, rakyat Indonesia berbeda dengan negara lain, maka terujung yang memang harus dipecahkan untuk diambil tindakan oleh pemimpin negeri adalah masalah nyawa dan ekonomi. 

Pernahkah terpikir, bila ternyata pemerintah mengambil tindakan lockdown, sementara tindakan ini malah sudah ditunggu-tunggu oleh rakyat yang sudah menderita hidup miskin selama ini? 

Begitu berita lockdown diputuskan, kira-kira apakah pusat perbelanjaan, pusat pertokoan, bank-bank, perkantoran dll, tidak akan menjadi sasaran empuk para perusuh dan penjarah? 

Sebab, mereka memang tak memiliki uang dan makanan untuk bertahan hidup. Meski polisi dan tentara disiapkan, mampukah akan meredam dan membuat situasi menjadi aman terkendali? 

Padahal semua akan terjadi di tengah gejolak virus Corona yang terus merebak. Itu hanya pengandaian, yang bukan mustahil terjadi, bila rakyat sudah bosan tertindas oleh ketidakadilan dan kelaparan. 

Untuk itu, di tengah krisis akibat virus Corona ini, wahai para pembantu Presiden Jokowi, setoplah "mencari muka" di ruang-ruang publik untuk berdebat masalah virus Corona. 

Rakyat sudah mengidentifikasi, siapa saja yang kini terus mencari muka dan sok-sok-an membela pemerintahan. Padahal, rakyat juga tahu, dalam persoalan virus Corona ini, Presiden kita, secara pribadi (sebagai kepala negara, bukan pesanan dari partai dan penyandang dana) mencoba bertindak hati-hati dan bijak demi keselamatan semua. 

Rakyat selamat, karena ekonomi juga tidak mati. Bila ekonomi mati, pun berapa  ribu rakyat di sektor informal yang akan bertambah menderita. 

Bapak Presiden, tolong "diamkan" para menteri, para staff ahli, dan siapa pun yang coba terus sok-sok an membela Anda dan pemerintah, sebab, rakyat tahu, "mereka" hanya sedang mencari muka kepada Anda. 

Demi mengabdi kepada Anda agar tidak "dipecat" namun sejatinya, ketika mereka berbicara di media massa, di depan layar kaca, sungguh membikin rakyat jengkel. 

Di kepala "para pembantu Anda" ini, hanya kepentingan diri sendiri dan kepentingan politik yang didahulukan, sehingga saat melakukan klarifikasi, penjelasan, dan perdebatan di ruang publik, sangat nampak ego pribadinya karena tujuan pribadi dan golongannya, bukan untuk kepentingan rakyat. 

Begitu pun harapan kepada media massa dan media televisi, Setop mengundang nara sumber dari para pembantu Presiden yang terus membikin gaduh, malah menambah persoalan dan konflik, kontraproduktif, dan membikin rakyat resah, gerah, dan terpecah belah. 

Setop virus Corona dijadikan lahan politik. Setop "mereka terus membikin narasi dan wacana "sok benar", "merasa paling benar", "sok jagoan", dll. 

Mari cegah virus Corona tanpa embel-embel politik yang virusnya malah ditebar oleh para pembantu Presiden ini!

Sekali lagi, media massa dan media televisi, setop mengundang para pembantu Presiden yang kontraproduktif. 

Jangan kalian hanya mengejar rating, dan "orang-orang itu saja yang hilir mudik diundang. Malah ada dalam satu urutan waktu, satu orang bergilir di satu televisi ke televisi lain, dan terus menebar masalah dan pongah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun