Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sekadar Virus atau Benar Senjata Biologi?

17 Maret 2020   11:18 Diperbarui: 17 Maret 2020   11:29 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan itupun sebelumnya diungkap oleh Duta Besar China untuk Afrika Selatan, Lin Songtian, yang juga bercuit di twitter pada 8 Maret dengan membuat pernyataan bahwa meskipun epidemi pertama tercatat di Tiongkok, itu tidak berarti virus itu berasal dari China. 

Entah, apakah tuduhan Zhao, pembelaan  Zhong, Hua, dan Lin hanya sekadar konspirasi dan pengalihan isu? Bila benar hanya sekadar tuduhan, bahkan sekadar konspirasi dan pengalihan isu, maka bisa jadi benar, epedemi virus Corana diawali oleh kelelawar atau ular. 

Namun, bila tuduhan itu benar, maka sejatinya dunia sedang dalam bahaya dari "uji coba" senjata pemusnah masal biologis. 

Memang, tidak seperti tuduhan dan pernyataan para pejabat China di atas, rekan satu kantor Zhao, Geng malah menyatakan bahwa dalam menghadapi corona sikap saling tuduh bukan hal yang tepat dan menulis di twitter, "Kami tidak berharap melihat ada yang membuat masalah untuk menstigmatisasi negara lain, dengan Covid-19 yang berkembang menjadi pandemi, dunia harus bersatu untuk melawannya, bukannya meratakan tuduhan dan serangan terhadap satu sama lain, yang sama sekali tidak konstruktif." 

Sejatinya, baik tuduhan maupun pendapat  para pejabat China, memang cukup dapat  dikatakan logis, masuk akal. Mengapa? 

Pengamat militer dan pertahanan Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie menegaskan bahwa semua pihak memang harus khawatir dengan virus corona yang menyebabkan SARS-CoV-2 karena menurutnya, SARS-CoV-2 diduga senjata biologi. 

Kepada awak media, di Jakarta, Selasa (12/3/2020) Connie pun berujar: "Kalau saya melihatnya, corona ini harus kita anggap sebagai senjata pemusnah masal. Apapun yang berbau biologi di mata saya sekarang, itu lebih mengerikan daripada yang berbau nuklir. 

Apa latar belakangnya? Berdasarkan laporan Chemical, Biological, Radiological & Nuclear (CBRN) Defence Market pada 2017 menjadi salah satu dasar SARS-CoV-2 sebagai senjata biologi. Ternyata, saat ini sudah ada alat untuk menghadapi senjata kimia, biologi, radiologi, dan nuklir. 

Bahkan, permintaan alat tersebut diprediksi meningkat pada 2023. Selain data dan laporan tersebut, keberadaan SARS-CoV-2 sebagai senjata biologi, juga merujuk pada pernyataan mantan perwira intelijen Central Intelligence Agency (CIA) Philip Giraldi yang mengatakan bahwa SARS-CoV-2 bukan terjadi secara alami melalui mutasi genetika. 

Giraldi menyebut virus mematikan itu sengaja diproduksi di laboratorium oleh Amerika Serikat bekerjasama dengan Israel. AS sengaja membuat virus itu untuk menghancurkan China dan Iran yang merupakan musuh terbesarnya. 

Melihat fakta dan serangan virus Corona, pernyataan Giraldi, memang masuk akal. Lebih masuk akal lagi, saat Connie juga membeberkan bahwa senjata biologi memiliki daya tarik untuk digunakan karena sangat murah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun