Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Lockdown Belum Menjadi Pilihan Jokowi?

15 Maret 2020   20:51 Diperbarui: 15 Maret 2020   21:08 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara negara lain rela ekonomi "ambruk" demi menyelamatkan nyawa rakyatnya, setelah ditunggu-tunggu apa gerangan sikap pemerintah yang bahkan juga telah ditegur oleh WHO agar Indonesia menyatakan "Darurat Nasional", ternyata, Minggu (15/3/2020) di Istana Negara, Bogor, Presiden Jokowi justru hanya menyampaikan informasi agar rakyat belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. 

Selanjutnya, Jokowi malah hanya menghimbau para Gubernur, Bupati, Walikota, menjaga dan menangani persoalan gawat virus Corona (vC) ini, sendiri-sendiri. Ini apa-apa-an? 

Di luar dari pernyataan Jokowi, pemerintah juga hanya selalu mengingatkan rakyat jangan panik, hidup sehat, hidup bersih dllm

Pertanyaannya, imbauan  Jokowi dan pengingatan agar rakyat jangan panik, apakah akan membuat vC takut dan tak menyebar memangsa korban-korban baru di Indonesia? 

Kini, jangan kan rakyat, bahkan di media sosial (medsos) juga telah tersebar tulisan menyoal kekecewaan, kejengkelan,  dan kegelisahan para petugas medis di Indonesia. 

Sebab, sudah ada dokter dan perawat yang juga sudah menjadi korban virus ini. Lalu, bola dikalkulasi, jumlah petugas medis di Indonesia, baik dokter dan perawat yang terbatas di banding dengan jumlah rakyat Indonesia, tentu tak akan mampu menangani korban vC yang akan semakin bertambah. 

Bila Korea Utara saja bukan hanya sekadar melakukan "Lockdown" namun bahkan melakukan ancaman tembak di tempat bagi WNA yang coba menerobos ke negaranya, dan negara lain juga sudah melakukan Lockdown, demi mencegah bertambahnya korban, namun Jokowi dan pemerintahannya mengapa masih memikirkan "hal duniawi" di banding menyelamatkan rakyat yang juga ada kewajiban negara seperti yang tertuang dalam UUD 45. 

Mengutip di medsos, dari cuitan "Ahli Clinical Epidemiology yang secara khusus juga pernah meneliti Virus, dan sangat memahami proses perjalanan epidemiologis vC", yang sudah viral, perjalanan vC di Indonesia, bulan Maret 2020 ini masih baru dimulai, sementara perjalanan mutasi dan evolusi vC ini di dunia masih sangat panjang. 

Sementara dalam tiga bulan terakhir, di negara pertama terjangkit RRT, COVID-19 sudah mereda, karena China kaya raya meski harus kehilangan 20.000 Triliun untuk meredakan jangkitan vC, namun berhasil. 

Hal yang seharusnya di jadikan pijakan pemerintah Indonesia, contohnya adalah dalam menangani vC, China atau negara lain sigap, cepat, dan satu komando. 

Di Indonesia, malah penanganan diserahkan ke pemimpin daerah untuk bertindak sendiri-sendiri, namun tidak ada sikap pemerintah yang tegas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun