Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia Kompak Terpuruk di Peringkat Negara Inovatif dan Skor PISA

27 Februari 2020   11:31 Diperbarui: 27 Februari 2020   11:24 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lantas. bagaimana GII menilai dan menentukan negara-negara inovatif tersebut? Ternyata penilaian peringkat berdasarkan 80 indikator, mulai dari parameter tradisional seperti investasi untuk penelitian dan pengembangan serta pendaftaran paten dan merek dagang secara internasional, hingga indikator yang lebih baru termasuk pembuatan aplikasi telepon seluler dan ekspor teknologi tinggi. 

Berdasarkan hasil penilaian GII ini, membuktikan bahwa inovasi di kawasan Asia terus berkembang, khususnya Asia Tenggara, kecuali Indonesia. 

GII juga menyatakan bahwa perencanaan inovasi yang baik oleh pemerintah sangat penting untuk mencapai keberhasilan. Oleh karena itu,  negara-negara yang memprioritaskan inovasi dalam kebijakan mereka telah melihat peningkatan peringkat yang signifikan," ungkap Direktur Jenderal WIPO Francis Gurry. 

Ke mana Indonesia? 

Penilaian GII menyoal inovasi, hingga tahun 2019, telah memasuki edisi ke-12, pada Juli 2020 mendatang, GII akan mengumumkan kembali peringkat negara paling inovatif di dunia edisi ke-13, pertayaannya, apakah Indonesia akan naik peringkat atau stagnan, atau lebih terpuruk dari level 85? 

Menjadi pertanyaan pula, ke mana saja selama ini pemerintah Indonesia menyoal prestasi inovasi yang ada penilaiannya oleh GII? Bila tahun 2019 adalah edisi penilaian ke-12, maka dapat dipastikan, sejak pemerintahan siapa Indonesia terpuruk, hingga kini dilanjutkan oleh pemerintahan Jokowi. 

Mustahil pemerintah tidak tahu ada program GII yang menilai tentang perkembangan inovasi negara-negara di dunia. Namun, mengapa dari sekitar 80 indikator penilaian, khusunya tahun 2018 ke tahun 2019 tidak ada upaya perbaikan dan level Indonesia stagnan 85. 

Lihat Singapura di level 8, lalu Malaysia di level 35, mengapa mereka jauh meninggalkan Indonesia? Di sektor pendidikan, guru dan dosen dituntut kreatif dan inovatif, murid dan mahasiswa pun demikian, namun.di sektor lain khususnya pemerintahan, kreativitas dan inovasi tetap melempem. 

Bukankah ini namanya jarkoni? Bisa mengajar/menyuruh, tetapi tidak dapat melakoni, meneladani, memberi contoh? Bagaimana Indonesia mau naik peringkat menjadi negara inovatif, para pemimpin bangsa yang dilahirkan dari partai politik juga banyak yang "karbitan". Tidak kreatif dan inovatif namun dapat duduk di kursi-kursi pemimpin karena ada yang "memodali". 

Maka, saat sudah duduk di kursi dan menjabat, bagaimana mau konsentrasi memerhatikan 80 indikator penilaian GII menyoal negara inovatif. 

Seandainya pemimpin negeri ini amanah, benar dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, maka jangankan penilaian negara inovatif dari GII atau penilain pendidikan dari Programme for International Student Asessment (PISA), maka segala jenis penilaian lain di dunia, tentu akan dapat berbicara banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun