Kegiatan susur sungai, sudah akibatkan jatuh korban. Penangannya kini sudah bergulir, polisi juga sudah menetapkan para tersangkanya.Â
Namun, belum lagi kesedihan dan keprihatinan usai, polisi juga menambah masalah baru. Para tersangka yang notabenenya adalah para guru, justru diperlakukan bak penjahat dengan seluruhnya digunduli kepalanya.Â
Tak pelak, berbagai organisasi guru dan masyarakat di Indonesia pun geram, melakukan komplain dan protes keras atas tindakan polisi yang jauh dari etika. Sudah para guru melakukan kesalahan fatal yang akibatkan korban hingga menciderai kegiatan bernama pramuka, polisi pun menambah masalah baru dengan tindakannya yang tidak berperikemanusiaan.Â
Sudah begitu, keluarga dari para guru yang menjadi tersangka pun, menjadi sasaran bullying dari tetangga dan teman sekolahnya. Hingga anak-anak mereka takut untuk sekolah.Â
Wahai pemimpin bangsa, inikah cita-cita pendidikan di Indonesia yang bertujuan menciptakan manusia berkarakter dan berbudi pekerti luhur? Saat ada guru tak cerdas dalam merangkai program dan kegiatan pramuka, ada kepala sekolah yang mencoba lari dari tanggungjawab, polisi bersikap tak berperikemanusiaan menggunduli para tersangka, masyarkat dan anak-anak sekolah pun terbudaya melakukan perundungan, bullying.Â
Inilah kisah kegagalan pendidikan seutuhnya di negeri kita tercinta. Gagal pendidikan di rumah, gagal pendidikan di sekolah, pun gagal pendidikan di lingkungan dan masyarakat, gagal pula aparat penegak hukum dalam bertindak sesuai etika dan perikemanusiaan.Â
Masa guru yang lalai bukan sengaja melakukan kesalahan dan mustahil berniat membunuh, diperlakukan seperti begal. Masa anak dan keluarga para tersangka juga di-bully?Â
Atas peristiwa ini, khusus untuk Bapak Presiden dan Mas Menteri Nadiem, dalam duka dan kesedihan mendalam akibat jatuhnya korban, mengapa ada yang menambah masalah dan persoalan?Â
Ironisnya, masalah justru ditambah oleh polisi dan masyarakat yang tak cerdas dan lemah personaliti.Â
Andai saja Baden Powell selaku Bapak Pandu Sedunia, pendiri gerakan Pramuka yang melaksanakan perkemahan pertamanya bersama 22 anak laki-laki pada tanggal 25 Juli 1907 di Pulau Brownsea, Inggris masih hidup, tentu beliau akan sangat sedih.Â
Sedih karena kegiatan pramuka yang dicetuskannya dengan tujuan apa? Malah akibatkan korban jiwa. Sedih, melihat polisi memperlakukan guru yang jadi tersangka harus dibotaki. Sedih melihat masyarakat dan anak-anak mem-bully keluarga tersangka.Â