Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benar Disalahkan, Salah Dibenarkan

19 Januari 2020   19:47 Diperbarui: 19 Januari 2020   19:46 5886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teraktual, deskripsi dari perasaan paling itu, sangat nampak dalam panggung sandiwara tertangkapnya komisioner KPK dan anggota partai politik karena kasus Pergantian Antar Waktu (PAW). 

Siapa yang kini sedang berjuang untuk menghindar dari masalah, menutupi masalah, lari dari kesalahan, hingga membalikkan keadaan dengan mempersalahkan pihak lain? 

Sungguh, karut-marut ini, semakin menunjukkan bahwa arah dan tujuan para elite partai politik yang sedang bermasalah, memang hanya berpikir demi kepentingan diri dan kelompok mereka sendiri. 

Uniknya, dengan semua kondisi yang kini sedang terjadi, pemimpin yang diharapkan oleh rakyat, malah tak nampak turun tangan. 

Malah, mendukung dan mengizinkan anggota kabinetnya bergabung ikut dalam kelompok perseteruan. Bagaimana mungkin, pejabat pemerintah malah kembali turun ke partai dan turut dalam masalah yang sudah membikin gerah semua rakyat Indonesia. 

Di mana posisi pemimpin dan pemerintah kita yang seharusnya menjadi pengayom dan penyelesai masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? 

Mengapa "mereka" malah semakin tak tahu malu, meski tahu dan menyadari bahwa semua rakyat yang "tak memihak" dan "obyektif" pada masalah yang ada, sedang menonton panggung sandiwara yang tak menghibur pun tak lucu. 

Penuh adegan dan lakon justifikasi, pembenaran yang hanya diyakini oleh "kelompok" mereka sendiri, dengan membalikkan keadaan, dan terutama selalu berlindung di balik kata-kata hukum, Undang-Undang yang mereka ciptakan untuk menguntungkan kelompok mereka juga. 

Herannya, mengapa "rakyat" terkesan diam? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun