Siapa yang akan mumpuni dalam melakukan siasat? Sudah pasti mereka-mereka  yang cukup memiliki "modal" untuk menjalankan siasat. Sebab, keberhasilan siasat wajib didukung sepenuhnya oleh semua stakeholder yang mengiringi dan melindungi.Â
Itulah kondisi terkini di negeri kita, sehingga kata siasat dan muslihat semakin kuat terkonotasi negatif.
Menurut KBBI, makna siasat di antaranya, 1) periksa atau pemeriksaan yang teliti dan penyelidikan. 2) berarti pertanyaan (yang bermaksud menyelidiki dan sebagainya), 3) teliti dan saksama, 4) maknanya kecaman, kritik, teguran, celaan. Makna 5), Â siasat itu politik (muslihat, taktik, tindakan, kebijakan, akal). 6), muslihat dan cara berperang, dan 7), cara bekerja, cara melakukan sesuatu, metode.Â
Memahami ketujuh makna siasat tersebut, siapa yang piawai dan memiliki "modal dan alat" untuk menjalankan maksud makna-makna tersebut?Â
Jawabnya tentu dapat ditebak. Dahulu, saat zaman kerajaan atau zaman perang dunia dan penjajahan di berbagai negara termasuk Indonesia, siasat sangat lekat dengan dunia perang. Baik penjajah maupun yang dijajah sama-sama mengagungkan siasat demi meraih kemenangan. Itulah siasat dan muslihat yang positif.Â
Selanjutnya, para pedagang juga memggunakan siasat dan muslihat demi dagangannya laku, itu juga siasat dan muslihat positif dll.
Namun, seiring waktu dan perkembangan  zaman, meski negeri sudah merdeka, maka siasat terus dijadikan strategi untuk ""menguasai" dengan dalih demi untuk rakyat dan kesejahteraannya.Â
Bila dianalisis sesuai makna, maka siapa pelaku utama siasat di negeri kita tercinta selama ini? Sesuai makna 1), periksa atau pemeriksaan yang teliti dan penyelidikan. Siapa yang memiliki lembaga ini?Â
Lalu makna, 2) yang berarti pertanyaan (yang bermaksud menyelidiki dan sebagainya), siapa pula yang selama ini berwenang dalam hal ini?Â
Berikutnya, dalam makna 3) teliti dan saksama, siapa pelaku-pelaku yang mampu bekerja dengan teliti dan saksama?Â
Selanjutnya, sesuai makna 4) kecaman, kritik, teguran, celaan. Sesuai makna ini, maka lahirlah konflik yang memang sengaja dicipta oleh pihak yang "kuat" melalui kritik, teguran, celaan, hingga saling kecam dan lahirnya pendemo bayaran.