Yang luar biasa, semboyan s35 adalah klakson panjang. Shinkansen secara normal tidak akan membunyikan klakson kalau tidak ada bahaya dan jarang sekali membunyikan semboyan s35 saat berangkat. Ini demi rombongan asal Indonesia yang terdiri atas ibu-ibu dan anak muda menyebabkan kereta Shinkansen terlambat.Â
Luar biasa budaya "ngaco" turis Indonesia ini. Setelah kisah ini viral, ternyata dalam waktu 13 jam sejak diunggah,  postingan tentang keterlambatan kereta Shinkansen karena ulah turis Indonesia ini telah dibagikan lebih dari seribu kali. Ada ratusan  komentar dan ratusan warganet memberikan emotikon marah.Â
Sebenarnya, bila mau ditelisik, kisah memalukan turis Indonesia semacam di Jepang ini bisa jadi tak terhitung. Bila para saksi mata dan kejadian mau berkisah, tentu akan banyak sekali model "ngaco" turis Indonesia di mancanegara.Â
Saya sendiri adalah saksi mata dan saksi kejadian dari kisah turis Indonesia "ngaco" di mancanegara.Â
Ada dua kisah yang dapat saya bagikan dalam artkel ini. Pertama, berdasarkan pengalaman nyata yang saya alami sendiri. Kedua adalah berdasarkan kisah dari seorang wanita "Tour Guide", pemandu wisata.Â
Kejadian ini tepatnya di tahun 2011 saat saya bersama rombongan dari Indonesia berkunjung dalam suatu tugas kebudayaan. Karena kunjungan kebudayaan ini singgah di beberapa negara Eropa, maka kejadian yang saya ceritakan adalah saat singgah di Kota Paris, Perancis.Â
Yang saya alami, ada rombongan yang sesama dari Indonesia, ternyata harus sampai membuat kesal pemandu wisata dan supir bus-nya. Â Sebab, bus yang hanya memiliki waktu berhenti untuk menaikkan penumpang, ternyata, bus harus berputar-putar beberapa kali, karena penumpang/turis Indonesia yang dijemput di tempat yang telah disesuaikan, ternyata juga tidak datang tepat waktu.Â
Kebiasaan "lelet" dan terlambat, imbasnya membuat jadwal bus jadi molor dan kena denda. Pun pemandu wisata menjadi sasaran kemarahan, atas ulah turis Indonesia itu.
Sebab di Eropa, peraturan tentang parkir bus, dan naik turun penumpang/turis juga memiliki aturan ketat.Â
Sementara, kisah dari pemandu wisata ini, dikisahkan oleh Tour Guide wanita yang sudah lama menetap di Paris. Meski dia asli orang Perancis, sepanjang mendampingi kami, dia hanya mau berbicara dengan bahasa Indonesia, karena dia mengaku sedang melancarkan kemampuan berbahasa Indonesianya.Â
Pada satu kesempatan, dia berkeluh kesah bahwa, di antara turis-turis yang hadir ke Kota Paris, sikap dan perilaku turis yang menyebalkan adalah dari Indonesia.Â