Miris mendengar dan membaca kisah pengemudi 'koboi' menunggangi mobil mewah kembali terjadi.Â
Terbaru pengemudi Lamborghini "tersinggung" atas ucapan/candaan dua orang pelajar, sehingga menodongkan pistol "betulan" kepada kedua pelajar di Kemang, Jakarta Selatan pada Sabtu (21/12).Â
Bila dikalkulasi, ada berapa juta kisah di jalanan atau berbagai tempat lain yang mempertontonkan sikap-sikap tak dewasa seseorang dalam berbagai bentuk kisah dan cerita.Â
Terlebih, sejak media sosial ( medsos) dan media online (medion) hadir, khususnya di Indonesia, ditambah capaian tingkat pendidikan masyarakat yang masih jauh dari harapan, maka setiap hari, melalui medsos dan medion, kita kenyang disuguhi sikap-sikap yang mencerminkan ketidak-dewasaan seseorang dan aksi koboi tersebut.Â
Lebih parahnya, pemimpin-pemimpin yang diharapkan dapat menjadi teladan bagi rakyat, justru asyik dengan "dunia"-nya, bahkan lebih sering menjadi pemicu kekisruhan yang hilir mudik terus terjadi.Â
Kini, rasanya sulit kita menemukan manusia-manusia dewasa yang menurut KBBI satu di antaranya adalah matang pikiran, pandangan, dan sebagainya.Â
Akibat pendidikan nasional yang terus terpuruk, sejak Indonesia merdeka, keterampilan berbahasa dan literasi masyarakat juga terus tertinggal dari bangsa lain.Â
Padahal keterampilan berbahasa dan literasi yang dimiliki seseorang, akan mampu memberikan deskripsi bahwa seseorang tersebut sudah dewasa atau belum.Â
Sesuai makna dewasa dari KBBI tersebut, ternyata, dewasa bukan hanya menjadi milik manusia yang sudah berumur. Sebab, banyak anak-anak usia SD, SMP, yang sudah memiliki kematangan berpikir dan kematangan pandangan.Â
Sebaliknya, banyak pula remaja seusai SMA, mahasiswa, hingga orangtua yang tetap belum matang berpikir maupun pandangan.Â
Kasus koboi Lamborghini adalah satu di antara contohnya. Lalu, contoh lain banyaknya ketidakharmonisan dalam keluarga, lingkungan tinggal, sekolah, kampus, tempat kerja, hingga grup-grup medsos dan lain sebagainya, karena isinya berbagai pribadi yang tingkat kedewasaannya beragam.Â
Banyak sosok yang sangat rendah hati, besar hati, rileks, mau mengerti, empati, riang dan canda dan sebagainya. Tetapi lebih banyak pula sosok manusia yang sombong, besar kepala, tak memiliki empati dan simpati, tak suka tawa canda, kaku, bawa perasaan (baper) dan sejenisnya, yang ketika bersosialisasi di tempat mana pun akan timbukkan masalah atau menjadi penyebab masalah.Â
Itu semua karena modal kedewasaannya. Orang-orang yang dewasa biasanya, tidak mudah terluka hatinya, tidak rapuh karena kata atau perkara sikap apalagi karena canda.Â
Dewasa berarti juga mampu memutuskan mana yang harus didahulukan, mana yang boleh menjadi pilihan, mana yang diprioritaskan. Yang pasti, kedewasaan akan tiba kepada mereka yang tahu caranya memposisikan diri kapan saja, dimana saja, dan dalam situasi apa saja.Â
Maka, akan matang pikiran dan pandangan dan menjadi sosok yang rendah hati serta besar hati.Â
Semoga kasus Lamaborghini dan "seabreg" kasus lainnya, menjadi kesadaran masyarakat bangsa ini bahwa, kedewasaan masih menjadi barang mahal dan langka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H