Kompetisi sepak bola kasta tertingga Indonesia yang dihelat PSSI Â 2019 telah berakhir. Sejumlah tim menyelesaikan partai terakhir, sekaligus penutupan Liga yang sudah bergulir sejak pertengahan bulan Mei 2019.Â
Tak seperti laga pembuka Shopee Liga 1 antara PSS Sleman Vs Arema FC di Stadion Maguwoharjo, Rabu (15/5/2019) yang rusuh suporter, partai penutupan, antara sang juara baru  Bali United versus Mandura United di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, berjalan lancar.Â
Namun ternyata ada hal menarik dan menjadi pertanyaan publik sepak bola nasional. Saat upacara pembagian hadiah, ternyata pemimpin PSSI tidak nampak ada di Stadion, pun tak tampak di layar televisi.Â
Ke mana Ketua Umum, Wakil, dan Sekjen PSSI? Masa.dalam momentum sepenting itu tidak hadir? Padahal Liga 1 adalah gawean kompetisi terbesar PSSI.Â
Bila ketidakhadirannya karena bentrok ada acara, maka lengkaplah "kekacauan PSSI yang selama ini dipelihara." Sangat tidak etis, tokoh utama dalam sepak bola nasional, ternyata justru tak nampak batang hidungnya di arena penutupan dan penyerahan hadiah Liga 1 musim 2019.Â
Selama puluhan tahun, saya selalu mengikuti jejak Liga 1 dari sebelumnya bernama Kompetisi Perserikatan, Divisi Utama, hingga bermetamorfosis menjadi Liga 1 dengan menulis berbagai artikel menyoal Liga  yang tayang di berbagai media.Â
Namun, khusus Liga 1, sejak musim 2018 hingga 2019, saya kurang tertarik mengikuti jejak Liga 1 sebagai kompetisi sepak bola nasional kasta tertinggi ini.Â
Apa sebabnya, kompetisi sepak bola kasta tertinggi bernama Liga 1, sudah tidak sesuai arah. Tidak signifikan dengan kebutuhan Timnas Senior.Â
Di negara mana pun, di dunia ini, yang namanya kompetisi tertinggi dan diputar oleh federasi-nya, tujuan utamanya adalah untuk melahirkan pemain nasional senior yang handal.Â
Namun, Liga 1 di Indonesia ternyata di putar bukan untuk melahirkan pemain nasional senior yang dibutuhkan negara untuk mendulang prestasi.Â
Sebab, Liga 1 hanya dijadikan wadah sebagai tempat berbagai "kepentingan". Fungsi utama Liga 1 melahirkan pemain nasional senior yang hebat, tergeser oleh kepentingan "bisnis dan mafia".Â