Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Selangkah Lagi Menggapai Emas, Timnas U-22 Tidak Akan Jatuh di Lubang yang Sama

8 Desember 2019   19:15 Diperbarui: 8 Desember 2019   19:46 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indra Sjafri dan pasukannya, tentu tidak akan membiarkan Vietnam terus menyerang. Sebaliknya, pertahanan terbaik adalah dengan menyerang seperti diperagakan saat Evan Dimas dan kawan-kawan tampil menyingkirkan Myanmar, akan menjadi senjata ampuh menjungkalkan Vietnam. 

Penggawa Garuda Muda,  tidak akan jatuh dua kali di lubang yang sama. Dalam laga final, juga tidak boleh ada pemain yang "grusa-grusu" terus menekan namun mudah sekali kehilangan bola karena tak cerdas intelegensi dan personaliti (tiada ketenangan). 

Tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun yang akan sangat mudah menjadi gol bagi lawan. Saat meladeni Myanmar, dua gol lawan tercipta dengan mudah dan cepat hanya karena dua kesalahan yang sama dari pemain gelandang bertahan kita. 

Sudah begitu, di laga krusial, kesalahan elementer dari seorang penjaga gawang juga sangat harus dihindari. Kelemahan lain yang wajib tidak boleh diulanh adalah adanya pemain yang "menghambat tim" dengan terlalu lama menguasai bola dan akhirnya sangat mudah di rebut oleh lawan, buntutnya menjadikan serangan balik yang berujung menjadi gol dan kita kalah. 

Pemain penghambat yang tak cerdas intelegensi ini, sudah sangat dihafal oleh publik sepak bola nasional. Meski memiliki kelebihan teknik, skill, seringnya menghambat, menjadi memontum bagi rekan lain hilang. 

Bahkan publik sepak bola nasional, sampai mengucap, Osvaldo memang hebat, tapi intelgensi dan personalitinya jauh dari harapan. Buktinya pemain Myanmar sampai rela di kartu merah wasit demi menendang Osvaldo. 

Alasanya jelas, Osvaldo hampir setiap saat tertangkap layar kaca, sedang melakukan provokasi kepada lawan yang menjaganya. Bahkan kepada semua tim lain. Tidak tahu di mana kecerdasan Osvaldo yang tidak memikirkan akibat dari tindakan yang sangat menengkelkan itu. 

Publik Indonesia, kini sangat yakin, bahwa di partai final, Indra tidak akan lagi salah komposisi pemain dan salah taktik dan strategi. 

Mengahancurkan Vietnam senjatanya hanya satu kata, "menekan". Semoga, Garuda tidak akan jatuh di lobang yang sama. Mengulang sejarah 1991, dan menambah rekor medali emas SEA Games menjadi yang ketiga. Pertama 1987, kedua 1991, dan ketiga 2019. Kita nantikan, 

Selasa, 10 Desember 2019 19.00 WIB, Stadion Rizal Memorial Stadium, Manila akan menjadi saksi catatan sejarah itu. Selangkah lagi, emas itu akan digenggam. Aamiin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun