Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan Kecil untuk Mendikbud

27 November 2019   12:12 Diperbarui: 27 November 2019   12:48 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan yang menjadi pusat kawah candradimuka lahirnya generasi penerus bangsa Indonesia yang cerdas dan mencerdaskan, rasanya dalam beberap tahun ke dapan akan terus menjadi persoalan yang sulit diurai. 

Benang kusut pendidikan di Indonesia sudah sangat kronis. Sehingga dibutuhkan perubahan yang sangat masif dan mendasar. 

Perubahan tidak dapat dilakukan secara parsial (sebagian), namun wajib sacara simultan (menyeluruh). 

Di tengah harapan, lahirnya Kabinet Indonesia Maju di periode kedua Presiden Jokowi menjabat, ternyata pemimpin kita membuat kejutan luar biasa. Memasang Nadiem Makarim (Bos Go-Jek), menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaa Indonesia. 

Jujur, saat Jokowi menunjuk Nadiem, secara pribadi, perasaan saya antara bangga dan sedih. Bangga, karena saat Sekolah Dasar (SD), Nadiem adalah murid saya. 

Sehingga, perasaan bangga tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Masih teringat bagaimana Nadiem kecil dulu di kelas. 

Ternyata, hanya dalam tempo puluhan tahun, Nadeim bahkan sudah terpilih menjadi Mendikbud Indonesia. Di luar kebanggaan saya, saya juga sedih, sebab, Nadiem yang masih begitu muda, harus diberikan beban yang begitu berat. 

Nadiem yang bermodal paham digital dan dari kalangan milenial, justru harus menjadi mesin pengubah pendidikan Indonesia yang selama ini terpuruk. 

Bila Presiden Jokowi memberikan kepercayaan penuh kepada Nadiem untuk mengubah kurikulum. Maka, pekerjaan Nadiem tidak akan kelar dalam lima tahun masa jabatannya. 

Mengubah Kurikulum Pendidikan sama dengan mengubah sistem. Maka, bila sebuah sistem berubah, maka seluruh bagian lain yang terkait sistem tentu akan terseret perubahan. 

Lebih dari itu, bila ilmu Nadiem dirasa cukup untuk mengubah sistem pendidikan di Indonesia, maka pengalaman Nadiem masih jauh dari harapan. 

Viralnya pidato Nadiem di Hari Guru, dan amanat Nadiem kepada guru-guru untuk melakukan perubahan, bukanlah hal baru. Namun, selama ini guru-guru juga tetap kesulitan mengaplikasikan hal yang seperti diharapkan. 

Saran saya, sebagai mantan gurunya, Nadiem segera melakukan tindakan konkrit, mana yang mau diubah dan dikerjakan lebih dulu, sebab.waktu lima tahun bukanlah waktu yang lama. 

Coba pelajari, butuh waktu berapa lama, tenaga seperti apa, dan anggaran berapa, untuk perubahan Kurikulum KTSP ke Kurikulum 13 (K-13)? 

Itu bila Nadiem mau memprioritaskan mengubah Kurikulum seperti amanat Presiden. Lalu, sektor apa saja yang akan terkena imbas dan efek domino? 

Jangan dulu berpikir mengurangi mata pelajaran SD, SMP, dan SMA. Menghapus pelajaran ini atau itu. Selamat bekerja Nadeim. 

Dari gurumu yang bangga padamu sekaligus sedih karena kamu harus mengemban tugas suci yang maha berat ini. Tetap sehat dan dilancarkan untuk semuanya. Aamiin. 

*Supartono JW, pengamat dan konsultan pendidikan nasional dan sosial.

Sumber: Instagram Oeblet
Sumber: Instagram Oeblet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun