Padahal masih lekat diingatan rakyat, saat perkenalan menteri kabinet baru, Presiden Jokowi menekankan, visi Indonesia bebas paham radikal melalui pesan kuat kepada sejumlah anggota kabinet dan meminta agar istilah radikalisme yang digunakan selama ini diubah menjadi manipulator agama.Â
Apa maksud Presiden? Jelas agar tak ada satu pun agama yang tertuduh, melainkan radikalisme hanya dilakukan segelintir oknum yang memanfaatkan agama.Â
Menyedihkannya, cara berpikir Presiden Jokowi tak diimbangi oleh aksi benar  dan tindakan baik para pembantunya khususnya menag dengan jargon dan singgungannya.Â
Yang pasti, pernyataan Menag itu dinilai kontraproduktif dengan upaya pemerintah dalam menangkal aksi-aksi radikalisme yang berkembang. Alih-alih radikalisme dan terorisme berkurang, pernyataan 'radikal' itu justru dikhawatirkan menciptakan radikalisme baru.Â
Padahal  di KBBI arti radikal adalah secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip). Dengan aksi yang kurang baik dan kurang benar dari menag, justru dapat membentuk opini publik yang negatif dari kata radikal ini.Â
Ayo, stop melakukan aksi yang kontraproduktif dan jangan membikin rakyat resah. Bikinlah rakyat tenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H