Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelantikan Presiden, Pestanya Siapa?

20 Oktober 2019   15:30 Diperbarui: 20 Oktober 2019   15:27 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berasal dari rakyat, dipilih oleh rakyat, dan  bertugas untuk rakyat, itulah sejatinya hakikat pemimpin negara bernama Presiden. 

Namun, setelah rakyat memilih dan Presiden akan bertugas untuk rakyat, ternyata pesta pelantikan Presiden di Gedung Wakil Rakyat justru menjadi upacara mewah untuk tamu undangan yang bukan bernama rakyat. 

Tamu undangan justru dilayani dengan sangat spesial dan istimewa dengan kelas jamuan luar biasa. 

Hotel berbintang sebagai penginapannya, mobil mewah untuk antar jemputnya, dan jamuan makan dan sambutan-sambutan berkelas lainnya, yang semuanya beranggaran besar, pun menggunakan uang rakyat. 

Sementara rakyat yang telah memilih presiden dan membiaya pesta demokrasi yang terus menyisakan perseteruan, justru dicurigai, disambut dengan pasukan pengaman lengkap dengan pagar kawat berduri, hingga kendaraan perang lainnya. 

Miris, pesta rakyat dari oleh untuk rakyat, ternyata begitu mudah disulap menjadi pesta pejabat dan kerabatnya baik di dalam atau mancanegara. 

Rakyat tetap jelata. Tak ada undangan apalagi ruang khusus untuk rakyat baik di di luar Gedung MPR DPR, apalagi di dalamnya. Inikah akhir dari pesta rakyat, dengan nama pelatikan presiden untuk golongan mereka dan pejabat negara lain? 

Berikutnya, mereka juga akan menjalankan negara ini sesuka hati mereka, meski tetap mengatasnamkan untuk kepentingan rakyat. 

Tersenyum dan tertawa bahagia di depan kamera. Sementara tak dipikirkan bagaimana kejadian demontrasi mahasiswa yang telah memakan korban jiwa karena menuntut keadilan untuk rakyat. 

Luar biasa drama dan sandiwara ini. Andai saja di luar dan di dalam gedung ada ruang khusus untuk undangan khusus yaitu bernama rakyat.

Ternyata, rakyat hanyalah sapi perah. Dibutuhkan hanya untuk meminjam nama dan suara agar mereka dapat duduk di kursi kekuasaan, namun setelahnya, siapa rakyat itu? 

Hanya penonton kegembiraan "mereka".  Hanya tempat salah dan derita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun