Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

FIFA Bisakah Statuta, Voters, hingga Pengurus PSSI yang Ada Dimakzulkan?

19 Oktober 2019   10:07 Diperbarui: 19 Oktober 2019   10:23 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haruskah PSSI makzul atau dimakzulkan agar tercapainya prestasi sepak bola nasional setiap waktu tidak sekadar mimpi? 

Sangat jelas, bahwa mengilapnya pretasi sepak bola nasional usia muda dan usia dini, selama ini pahlawannya adalah para orangtua Sekolah Sepak Bola yang bahu membahu dengan operator festival/turnamen/kompetisi hijngga lahir talenta muda yang kini terakomodir di Timnas U-16, U-19, dan U-23. 

Siapa yang akan membantah hal itu? Siapa yang lalu asal main comot dan mengaku-aku telah membina mereka-mereka? Sayang, prestasi sepak bola usia dini dan muda, sama sekali tak dapat membantu posisi sepak bola nasional di ranking FIFA, karena urusan tolok ukur keberhasilan dan prestasi sepak bola nasional dikendalikan oleh kedudukan Timnas Seniornya. 

Faktanya, Timnas Senior Indonesia jeblok, karena dikendalikan oleh federasi yang diisi oleh individu yang bermental jeblok juga. Menjadikan federasi (PSSI) sarang mafia dan kerajaan mereka secara turun temurun dan konsisten karena bertameng statuta. 

Sementara, statuta juga diciptakan dan selalu dipertahankan dari generasi ke generasi oleh "mereka". Jadi, percuma dan boleh saya bilang mustahil, atau hanya mimpi sepak bola nasional akan berprestasi, jangankan masuk babak final piala dunia, masuk babak final piala Asia, jadi juara Asia Tenggara saja terengah dan posisi ranking FIFA selalu dikangkangi negara lain yang dulunya di bawah Indonesia. 

Miris. Memilukan. 

Percuma gonta-ganti Ketua Umum, bila sang Ketua Umum hanya jadi boneka para voters dan dikendalikan oleh exco yang semuanya saling menjadi sutradara dan aktor permaiaan sepak bola di dalam tubuh PSSI. 

Voters yang terbatas dan tidak pernah memberikan kesempatan stakeholder terkait masuk dan menambah jumlah voters, memilih ketua, wakil, dan exco. 

Tetapi sebelum ketua, wakil, dan exco dipilih voter, Komisi Pemilihan (KP) dan Komisi Banding Pemilihan (KBP)  yang dipilih oleh PSSI, bukan voters, telah "bermain" dengan mafia di dalam dan di luar PSSI. Luar biasa. 

Saat pemilihan voters tinggal bersandiwara memilih siapa karena sejatinya skenario siapa akan jadi siapa juga sudah dikuasa oleh para mafia yang menyutradarainya. Semua sudah terbaca, publik sepak bola nasional, pemerhati  dan pengamat sepak bola pun telah menggaungkan PSSI wajib direformasi total. 

Hingga pemerintah juga ikut bicara masalah pelatih Timnas Senior yang sepertinya tidak menjadi momok, karena Tisha yang saat ini paling memiliki kuasa di PSSI dengan tanda tangannya, hanya melempar-lempar pertanyaan publik dan media yang katanya semua keputusan apapun di tangan exco. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun