Mohon tunggu...
Samuel Sutanto
Samuel Sutanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengurangi Dampak Bencana Longsor dengan Sistem Peringatan Dini

24 Februari 2018   19:28 Diperbarui: 24 Februari 2018   22:43 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana longsor yang terjadi baru-baru ini di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes pada tanggal 22 Februari 2018 yang lalu sebenarnya sudah terdeteksi oleh sistem peringatan dini bencana longsor (Landslide Early Warning System, LEWS) milik Balai Litbang Sabo Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Sistem peringatan dini longsor

Balai Litbang Sabo Yogyakarta merupakan tulang punggung Kementrian PUPR di bidang sain dan teknologi untuk penanganan bencana sedimen di Indonesia, baik bencana banjir lahar maupun bencana sedimen lainnya seperti tanah longsor. Pada saat ini Balai Litbang Sabo mempunyai sistem LEWS yang beroperasi dan dapat memberikan peringatan dini bencana longsor untuk seluruh wilayah Indonesia. 

Sistem LEWS untuk seluruh Indonesia yang sudah beroperasi saat ini menggunakan gabungan metode garis kritis hujan yang dapat menyebabkan longsor, peta rawan longsor, serta data peramalan hujan harian yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Informasi peringatan dini longsor ini di publikasikan pada website Balai Litbang Sabo dan dapat di akses oleh publik. 

Selain ditampilkan pada website, informasi akan adanya bahaya longsor juga diteruskan ke tim Satgas longsor dan banjir. Anggota dari tim Satgas banjir dan longsor ini terdiri dari lintas instansi seperti Kementrian PUPR, BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan lain sebagainya.

Sistem LEWS yang sudah beroperasi ini terus dikembangkan oleh Balai Litbang Sabo dengan menambahkan pemodelan kestabilan lereng pada sistem LEWS tersebut. Pemodelan untuk saat ini baru dapat dilakukan hanya pada beberapa daerah rawan longsor mengingat terbatasnya data dan kapasitas komputer yang dimiliki oleh Pusat Litbang Sumber Daya Air (Pusair) sebagai induk organisasi dari balai Litbang Sabo. 

Untuk melakukan pemodelan longsor seluruh Indonesia, maka dibutuhkan data karakteristik tanah yang detail pada setiap lokasi rawan longsor dan High Performance Computing system (HPC). Saat ini Pusair hanya memiliki satu buah HPC yang digunakan oleh seluruh Balai dibawah Pusair. Dengan adanya penambahan pemodelan longsor pada sistem LEWS, maka diharapkan hasil peramalan bencana longsor akan menjadi lebih akurat dan dapat mengurangi peringatan palsu (false alarm).

Kehandalan sistem LEWS

Bagaimana dengan kehandalan sistem LEWS yang sudah beroperasi saat ini? Untuk melihat kehandalan sistem LEWS, evaluasi terhadap sistem LEWS terus dilakukan oleh Balai Litbang Sabo. Data kejadian longsor yang pernah terjadi sejak sistem LEWS ini dikembangkan hingga beroperasi terus dikumpulkan oleh tim Balai Litbang Sabo. 

Bencana longsor yang terjadi pada tahun 2016 di wilayah Purworejo, Gunung Kidul, dan Banjarnegara bulan Juli, serta di Garut bulan September juga sudah terdeteksi oleh sistem LEWS ini beberapa hari sebelum kejadian. Namun pada saat itu sistem LEWS ini belum beroperasi secara penuh.

Kejadian longsor yang terjadi pada tahun 2017 lalu di wilayah Pacitan, DIY, dan Purworejo pada bulan November 2017 juga sudah terdeteksi oleh sistem LEWS sebelum bencana longsor itu terjadi. Peringatan akan bencana longsor tersebut juga sudah di informasikan pada website Balai Litbang Sabo dan kepada Satgas banjir dan longsor. Contoh peringatan dini longsor yang diberikan oleh Balai Litbang Sabo dapat dilihat pada gambar dibawah, dengan mengambil studi kasus longsor di Brebes.

lews-5a915a6acf01b43a422dd145.jpg
lews-5a915a6acf01b43a422dd145.jpg
Contoh sebagian informasi peringatan dini longsor yang ditampilkan pada website Balai Litbang Sabo.
Contoh sebagian informasi peringatan dini longsor yang ditampilkan pada website Balai Litbang Sabo.
Pada peta tampilan sistem LEWS yang telah dipublikasikan pada website Balai Litbang Sabo dapat dilihat bahwa LEWS telah memberikan peringatan rawan longsor pada tanggal 20 Februari 2018 pada beberapa daerah di Indonesia, dengan peringatan sangat rawan longsor di wilayah Jawa Tengah. Peringatan ini telah diberikan dua hari sebelum terjadi longsor. Tabel yang ditampilkan memberikan informasi yang lebih detail mengenai lokasi yang rawan dan sangat rawan longsor termasuk di Brebes.

Perlunya kerjasama

Jika sistem peringatan dini longsor cukup handal dalam memberikan peringatan, mengapa tetap terjadi korban? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama kita melihat peran dari setiap instansi. Balai Litbang Sabo mempunyai peran utama yaitu melakukan penelitian dan pengembangan di bidang Sabo atau dengan kata lain pengendalian sedimen, baik banjir lahar maupun longsoran. 

Sementara itu tindakan di lapangan seperti memberikan peringatan secara langsung ke masyarakat adalah bukan tugas dari Balai Litbang Sabo. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama antar instansi terkait. Di Balai Litbang Sabo, kerjasama antar instansi itu tertuang dalam dua hal, yaitu pengembangan sistem EWS itu sendiri dan penyebar luasan informasi bencana.

Pembuatan sistem LEWS ini pada awalnya dapat dilakukan dengan adanya kerjasama yang baik antar instansi, baik Pusair, BMKG, dan Deltares Belanda. Pengembangan sistem LEWS yang sedang berjalan ini dilakukan dengan memperluas kerjasama antara Balai Litbang Sabo dengan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (UMY) untuk pemodelan longsor. Dengan adanya kerjasama antar instansi bahkan internasional, maka diharapkan sistem LEWS yang telah beroperasi akan semakin akurat dan terpercaya dalam memberikan informasi peramalan bencana longsor.

Kerjasama tidak hanya diperlukan dalam mengembangkan sistem LEWS, namun juga diperlukan dalam mensosialisasikan hasil dari LEWS.  Sistem LEWS yang handal tidaklah berguna jika informasi yang dihasilkan tidak disebar luaskan. Oleh karena itu Balai Litbang Sabo bekerja sama dengan instansi terkait seperti BNPB, BPBD, BBWS, maupun komunitas-komunitas peduli bencana. Dengan adanya kerjasama yang baik antar instansi, maka penyebar luasan informasi kemungkinan terjadinya bencana longsor di hari-hari yang akan datang menjadi mudah dan cepat.

Dilain pihak kesadaran masyarakat akan kemungkinan terjadinya bencana di daerahnya juga mempunyai peran penting. Seringkali masyarakat kita susah untuk meninggalkan daerah tempat mereka tinggal walaupun mereka sudah tau bahwa mereka tinggal pada daerah rawan bencana. Oleh karena itu Pemerintah setempat perlu melakukan sosialisasi akan informasi bencana yang dihasilkan dari sistem LEWS ini, sehingga masyarakat bisa mawas diri akan kemungkinan terjadinya bencana.  

Penutup

Dengan semakin meningkatnya kejadian bencana sebagai akibat dari meningkatnya cuaca ekstrim, maka tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk mengurangi dampak yang terjadi akibat dari bencana tersebut. Salah satu tindakan untuk mengurangi dampak dari bencana yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan peringatan dini. 

Hal ini juga tertuang dalam Sendai Framework for Disaster Risk Reduction2015-2030 yang digagas dalam seminar dunia United Nation (UN) pada tahun 2015, dimana tertuang akan pentingnya EWS bencana. Balai Litbang Sabo berusaha untuk menjawab tantangan tersebut dengan dibuat dan dikembangkannya LEWS pada tahun 2016. Dengan adanya sistem peringatan dini ini maka masyarakat dan instansi-instansi terkait dapat mawas diri dan melakukan persiapan untuk mengurangi dampak dari bencana tersebut.

Oleh: Samuel Jonson Sutanto

* Penulis adalah mantan Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Balai Litbang Sabo, Kementerian PUPR.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun