Mohon tunggu...
Sabrul Jamil
Sabrul Jamil Mohon Tunggu... Programmer - Seorang suami, dan ayah dari empat orang anak

Seorang ayah dari 4 anak, yang hobi mencermati dunia pendidikan dan keluarga. Blog pribadi http://sabruljamil.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Kau Tidak Akan Pernah Menjadi Shifu", Master Oogway

20 November 2016   06:01 Diperbarui: 20 November 2016   18:17 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku khawatir tidak bisa menjadi seperti Master Shifu. Aku telah mengecewakan Shifu", demikian keluhan Tigress, salah satu jagoan di kisah Kungfu Panda. Master Oogway, sang guru bijak, terkekeh mendengarkan keluhan tersebut, dan menjawab dengan kalimat yang mengandung teka-teki.

"Tidak peduli seberapa banyak kau mencoba, kau tidak akan pernah menjadi Shifu. Pertanyaannya adalah, dapatkah engkau menjadi Tigress?". Dengan kata lain, Master Oogway mengajak bertanya, mampukah engkau menjadi dirimu sendiri?

Perkara menjadi diri sendiri ini dipaparkan dengan segar dan lucu pada kisah Kungfu Panda yang berjudul Secret of the Scroll. Setiap hewan mempunyai karakteristik yang unik, dan boleh jadi berbeda dengan hewan lainnya. Mereka membutuhkan jurus-jurus kungfu yang berbeda, yang mesti disesuaikan dengan keunikan mereka sendiri.

Tak perlu menjadi Master Shifu, tak perlu menjadi Oogway. Jadilah diri sendiri. Maka lahirlah tokoh Dragon Warrior, Po si Panda, yang sama sekali tidak mirip dengan Shifu atau Oogway. Kisah ini menjadi tema sentral di Kungfu Panda I.

Kemampuan terbaik seseorang muncul mana kala ia mengembangkannya sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Maka Tigress, setelah melepaskan beban psikologis untuk menjadi Shifu, berhasil menemukan tekniknya sendiri.

Saya melihat betapa besar peran seorang Oogway dalam membentuk jagoan-jagoan kungfu. Peran seorang Guru Bijak, yang tidak hanya mengajarkan beraneka teknik berkelahi, namun juga pelajaran tentang manusia dan kehidupan. Guru yang tidak hanya pandai mentransfer bahan-bahan pelajaran, namun juga mengajarkan berbagai filosofi kehidupan. Guru yang mampu membimbing, menunjukkan arah, dan membiarkan seorang anak berkembang sesuai jati dirinya.

Setiap orang mempunyai jalan suksesnya sendiri-sendiri. Bahkan seorang anak tak harus menjadi seperti ayahnya. Sehingga seorang ayah tak seharusnya memaksa anak menjadi seperti dirinya.

Tantangannya adalah, mampukah kita mengenalinya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun