Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - siwo pusat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

warga depok paling pinggir, suka menulis apa saja, yang penting bisa bermanfaat untuk orang banyak. Email: suryansyah_sur@yahoo.com, siwopusat2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengupas Foto Lawas

10 Juni 2022   20:48 Diperbarui: 10 Juni 2022   20:56 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ADA idiom begini: foto berbicara seribu bahasa. Itu yang saya tahu kali pertama mengenal dunia jurnalistik. Seorang reporter juga dituntut harus bisa pegang kamera. Alias memotret.

One picture is worth a thousand words atau a picture is worth a thousand words. Terjemahan bebasnya:"satu gambar bernilai ribuan kata"atau"satu gambar setara dengan seribu kata."

Ungkapan itu menunjukkan kekuatan sebuah foto. Gambar (foto) tak terbentur oleh ruang dan waktu. Berbeda dengan tulisan atau berita.

Meminjam ucapan Napoleon Bonaparte:"Sketsa yang baik lebih baik daripada pidato panjang"(Bahasa Prancis: Un bon croquis vaut mieux qu'un long discours).

Intinya: foto adalah bahasa universal. Mudah dimengerti dan dipahami oleh siapa saja. Tanpa terkendala oleh bahasa apa pun di muka bumi ini.

Hari ini saya ingin mengatakan: foto memiliki kekuatan dasyat. Satu momen bisa berbicara seribu bahasa. Jadi jangan meremehkan. Terlebih foto momen bersejarah. Setiap foto selalu merekam kenangan seseorang.

Foto mampu menyelamatkan kita dari serangan bad mood atau putus asa. Foto - sekalipun lawas- bisa melepas penat. Melepaskan kesuntukan, stres dan tekanan rutinitas.

Jika kita memutar balik waktu, sebuah foto kenangan mampu mengubah segalanya. Kegelisahan sontak sirna. Wajah yang muram berubah jadi ceria. Foto-foto lawas ketika masih 'unyu-unyu' membuat kita tertawa sendiri. Bukan berarti gila ya...!

"Dulu kelas kita kompak ya. Ingat nggak saat kita kejar truk," kata Ervan Prabowo teman sekelas di SMAN 30 angkatan 1985-1988 lewat telepon, Jumat (10/6/2022).

Ervan -- 'jagger' kami di kelas 1-7 SMAN 30 Jakarta. Dia penggila musik Rolling Stones. Tampilannya nyentrik dan menarik. Era 1980-an Rolling Stone dengan Mick Jagger-nya sangat populer di Indonesia. Lagu-lagunya membius anak remaja.

Grast Band 30 beraliran Rolling Stones/foto dok pribadi
Grast Band 30 beraliran Rolling Stones/foto dok pribadi
Sir Michael Philip "Mick Jagger" lahir 26 Juli 1943. Dia musikus rock, aktor, penulis lagu, produser serta pengusaha. Jagger berkebangsaan Inggris. Dikenal sebagai vokalis grup musik The Rolling Stones.

Tapi, Ervan lebih menyukai Keith Richards. Gitaris sekaligus vokalis sekunder The Rolling Stones. Ketika SMA, Ervan bermain gitar dan vokalis. Seingat saya juga ada Mohamad Iwan, Doni, dan Owi di Grast Band kelas kami.

"Dummernya cabutan dari kelas sebelah. Namanya Novel Kurniawan," Mohamad Iwan menambahkan.

"Pernah juga tampil di pasar seni Ancol tapi pakai nama band SMAN 30. Personel berubah yang anak Grast cuma saya dan Ervan. Lainnya adalah Tri, Sofyan Wody (kelas lain) plus cabutan temannya Ervan," kenang Iwan yang sekarang dipanggil Ustadz.

Ervan saat ini berkelana ke Medan, Sumatera Utara. Pria paruh baya itu bekerja di bidang properti. Sebelumnya di dunia otomotif. Kadang-kadang masih 'ngeband'.

"Seru ya... kalau kita buka lembaran lama," tambah Ervan yang sejak lulus 1988 kami tak pernah bertemu.

"Puluhan tahun ya, Sur menghilang. Tapi, saya masih simpan foto-foto masa remaja kita. Nanti saya kirim foto waktu geng kita ke Bali (10 orang) ke rumah Rai," Ervan melanjutkan.

Tak lama berselang, Ervan mengirim lima foto jadul. Tiga foto ketika liburan di Bali dan dua di sekolah. Ervan memakai kaus foto dengan gambar lidah (simbol Mick Jagger).

Foto itu memaksa saya mengulik memori yang mulai berkarat.  Satu per satu saya perhatikan. Bikin hati senang. Tertawa.

Foto itu terdiri 10 orang (termasuk) saya. Hanya satu yang saya lupa namanya. Maaf kawan, bukan saya melupakanmu. Bagaimana pun kita pernah bersama. Bercanda dan tertawa.

"Caldera Gunung Batur," tulis Rai Renaldi dengan emoji tiga jempol di Grup Grast 30.

"Ada yang kepotong kanan siapa itu," Rai menambahkan.

Obat pelepas kangen kiri-kanan (Reny, May, Mevi, Nunuk, Mutia)/foto dok pribadi
Obat pelepas kangen kiri-kanan (Reny, May, Mevi, Nunuk, Mutia)/foto dok pribadi
Dua hari sebelumnya, May Sapniah - juga teman sekelas- bercengkerama dengan saya di WA. Berawal dari ucapan selamat Hari Jadi May.

"Makasih Suryansyah atas doanya, walau kita ga pernah ketemu tp saya ingat km, kurus tinggi rambut ikal, suka senyum2 godain muthia."

Hmmm... May membuka tabir 'gelap' saya. Saya menganggap itu candaan. Biasa. Sebuah prolog yang membawa saya tertawa.

"Kamu kangen sama Mutia ya?" May kembali menggoda saya lewat japri.

Dia lantas mengirim foto dengan caption: "Ni tak kasih obat kangen."

Foto itu berada di Lubang Buaya. Lima remaja berseragam sekolah. Semua wanita. Mereka adalah Renny, May, Mevi, Nunuk, Mutia (kiri-kanan).

"Subhanallah indah sekali yang paling kanan," jawab saya.

"Jadi yang lain tidak indah? Fotonya dipotong aja khusus Mutia. Simpan deh," May kembali berkelakar dengan emoji tertawa.
 
Hmmm... Mutia memang idola saya sewaktu SMA. Wajar jika saya terkejut mendapat kiriman foto itu. Hampir 37 tahun kami tak bertemu. "Jangan boong, kamu sudah ketemu kan kemarinan," May lagi-lagi interogasi.

Foto jadul itu seakan membawa saya terbang ke awan. Saya hanya tersenyum sendiri sambil memandangnya. Lucu juga masa lalu. Semunya imut. Anak sekarang bilang 'unyu-unyu'.

Tapi, saya akui foto itu masih bagus kualitasnya. Padahal itu masih 'zaman kodak'. Bukan digital seperti sekarang. Mayoritas foto-foto lawas telah kusam. Terkena air, angin dan debu. Tapi, May benar-benar rapi menjaganya.

Terlepas dari kualitas fotonya. Saat kita melihat foto kenangan, dalam kondisi apapun, maka kita akan tersenyum. Pikiran otomatis memutar kembali ke masa lalu. Bagaimana serunya, candanya, dan nakalnya.

Itu hasil penelitian yang dilakukan University of Portsmouth School of Computing, Inggris. Dengan melihat foto-foto lama, mood bisa jadi lebih baik dan pikiran jadi lebih tenang. Foto-foto positif itulah yang bisa dipakai untuk mengenang kembali kebahagiaan itu.

Terima kasih kawan, foto-foto lawas itu telah menyejukan hati. Mambantu membuka memori saya yang sempat lemot.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun