Rai juga pernah pernah mengajak kami liburan ke Bali. Ke rumahnya di Kota Denpasar. Kami kompak luar dalam. Naik kereta Jakarta-Surabaya. Lanjut ke Banyuwangi sebelum menyeberang ke Gilimanuk.
Kenangan indah itu sulit terulang. Tapi patut dikenang. Meski terbilang usang. Keadaan dan waktu membelenggu. Jauh berubah. Tentu tak bisa disalahkan. Semua mengalir begitu saja.
Beruntung kami masih bisa silaturahim. Meski lewat dunia maya: Grup Wags Grast 30 (Gerakan Anak Satu Tujuh). Angkatan 1988.
Belakangan, saya menahan dada yang sesak ketika mendengar berita kepergian ini. Dua sahabat saya: Ade dan Erizal telah tiada. Pergi untuk selamanya.
Kematian memang sudah pasti. Itu takdir Ilahi. Tak ada yang bisa menolak kuasa Tuhan. Tak ada yang tahu kapan 'undangan' itu datang.
Ade dan Erizal pergi. Tentu saya sedih. Saya tak bisa berbuat apa-apa. Tak ada lagi canda dan tawa. Maafkan saya tak bisa mengantar kepergianmu ke tempat peristirahatan terakhir. Saya hanya bisa mengirim Al-Fatehah.
Sahabat, saya janji, akan tetap mengenang pertemanan kita. Persahabatan kita. Kebaikan-kebaikan kalian yang tulus.
Ade, saya bangga dengan prestasimu. Saya ingat bagaimana kamu mengajari menghapal konfigurasi kimia. 'Helina Ketabrak Rubi Cs Frustrasi' (H, Li, Na, K, Rb, Cs, Fr). Beli Mangga Cabe Seraup Bayar Rame-rame (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra).
Sungguh itu sangat membantu.
Masih banyak lagi ilmu lainnya yang kalian berikan. Kalian berdua hebat. Saya mungkin juga teman2 lainnya merasa iri. Dalam arti positif.
Pergilah sahabat. Tidur nyenyak saudaraku. Pergilah menemui Allah. Insya Allah, jannatun naim menantimu. Aamiin yaa Robbal'Alamiin ..
Yakinlah, kita bakal bertemu di sana. Entah kapan...!