Eko Yuli tentu berharap dapat menjadi peraih medali emas pertama di Olimpiade Tokyo. Sejauh ini raihan tertinggi Eko Yuli adalah perak Olimpiade 2016 di kelas 62kg.
Sebelumnya di Olimpiade London 2012, Eko kebagian medali perunggu. Ketika itu Eko total mengangkat barbel sebeart 317kg.
Pun di Olimpiade Beijing 2008. Eko turun di kelas 56kg dengan total angkat 288kg. Olimpiade kali ini boleh jadi yang terakhir buat kariernya.
Melihat capaian terakhir Eko pada Olimpiade Rio De Janeiro 2016 di mana ia ketika itu sukses mendapatkan perak, maka tahun ini atlet berusia 31 tahun tersebut diharapkan bisa menghasilkan emas.
Jika tercapai, sejarah bukan saja untuk Eko secara pribadi. Tetapi juga Indonesia sebagai emas pertama olimpiade di luar cabang bulutangkis. Namun, sejauh mana peluang Eko melihat peta persaingan di Tokyo tahun ini?
Sejauh ini angkat besi selalu menjadi pendamping bulutangkis dalam mendulang medali. Detailnya angkat besi menyumbang 6 medali perak dan 6 perunggu. Sedangkan bulutangkis masih menjadi lumbung prestasi dengan raihan 7 emas, 6 perak dna 6 perunggu.
Dari 14 lifter yang bertarung pesaing terberat Eko datang dari Cina: Li Fa Bin. Saat ini, angkatan total terbaik Eko adalah 317 kilogram atau kurang satu kilogram dari capaian Li Fabin yang diukirnya di kejuaraan dunia 2019.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H