Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - siwo pusat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

warga depok paling pinggir, suka menulis apa saja, yang penting bisa bermanfaat untuk orang banyak. Email: suryansyah_sur@yahoo.com, siwopusat2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Keren! Bahasa Indonesia Masuk Museum di Polandia

3 Juni 2021   11:33 Diperbarui: 3 Juni 2021   12:40 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selfie di dalam Museum Powstania Warsawskiego. Foto pribadi

ORANG Polandia menyebutnya Warsaw Rising Museum atau Museum Kebangkitan Kota Warsawa. Tapi lebih populer disebut Museum Powstania Warsawskiego. Tempat ini saksi sejarah Warsawa.

Powstania Warsawskiego didedikasikan untuk semua aspek pemberontakan Warsawa terhadap komunis. Museum ini dibangun pada 1983. Tapi butuh 15 tahun sebelum dibuka pada 13 Juli 2004. Bertepatan dengan ulang tahun ke-60 pecahnya perang Warsawa.

Kota Warsawa memberikan penghargaan kepada para pahlawannya yang membebaskan Polandia dari invansi komunis Uni Soviet.

Ketika itu kelompok gerilya Polandia di bawah pimpinan Jenderal Bor Komorowski berusaha merebut Warsawa dari tangan Jerman. Ketika pemberontakan terjadi, pemimpin Rusia, Josef Stalin, membuat langkah menentukan yang menghancurkan perlawanan orang Polandia.

Stalin membiarkan tentara Jerman membunuh para gerilyawan. Diperkirakan 150 ribu penduduk Warsawa tewas.

Tak pelak di museum ini tersimpan senjata para gerilyawan Warsawa saat mengusir komunisme. Termasuk sebuah pesawat perang dan mesin cetak.

Dengan luas lebih dari 3.000 meter, museum ini juga menyimpan 1.000 foto dan 1.500 film dokumenter. Museum ini banyak dikunjungi turis dari mancanegara. Tiap hari tak kurang dari 700 orang. Menarik buat selfie.

Saya tentu tak mau melewatkan. Bermodal map, saya menyisir jalan dengan trem dari apartemen. Dari luar tempatnya biasa saja.  Mungkin lebih mirip rumah besar.  Di seberang jalan ada rumah restoran Cina. Saya pun menyantapnya sebelum masuk ke museum. 

Bila hari libur bisa di atas 1.000 orang. Tiap pengunjung dikenai biaya 19 zloty (PLN) atau sekitar Rp 55 ribu.

"Setiap hari turis dari mancanegara berkunjung ke sini. Wartawan asing juga banyak," kata Anita Lipnicka, salah satu petugas museum menerangkan kepada saya.

Saya sangat menikmati ketika berada di museum Warsaw Rising. Beberapa di antara pengunjung saya amati dengan tekun mengikuti penjelasan dari pemandu museum. Namun banyak juga yang sekadar melihat-lihat berbagai benda yang ada di museum tersebut.

"Kami sangat tersentuh dengan aksi heroik dan keberanian dari warga Polandia selama masa kelam ini," ujar salah seorang pengunjung asal Yunani.

"Saya dari Yunani, dan kami juga menderita di bawah penjajahan sebab kami cinta damai."

"Saya sudah sering berkunjung ke berbagai museum di dunia, dan hanya ada dua museum yang membuat saya harus menahan nafas," tulis salah seorang pengunjung di buku tamu.

"Pertama adalah museum bom atom di Nagasaki, Jepang dan yang kedua adalah di sini. Ini pengalaman yang tak terlupakan," sambungnya.

Museum terletak di pusat kota. Persisnya di Jalan Grochowska 79, Warsawa. Sekitar 30 menit dari tempat saya menginap di Czapelska, Warsawa.

Seluruh bangunannya terbuat dari baja. Dindingnya terukir kalender pemberontakan terhadap peristiwa. Suara detak jantung dapat didengar dari dalam melambangkan kehidupan Warsawa tahun 1944.

Dari atap museum bisa dilihat pemandangan indah Warsawa dan Freedom Park dengan Wall Memorial yang diukir nama-nama lebih dari 10 ribu gerilyawan yang gugur dalam pertempuran.

Pengunjung dipandu melalui tahap berikutnya dari Kebangkitan sampai saat Pemberontak meninggalkan Warsawa. Nasib mereka selanjutnya juga digambarkan.

Pada bangian tengah dinding ada lonceng Monter digantungkan. Lonceng seberat 230 kg itu didedikasikan untuk Jenderal Antoni Chrusciel.

Pengunjung bisa juga melihat film tiga dimensi (3D) Kota Ruins. Ini simulasi penerbangan pesawat Liberator saat Warsawa dihancurkan pada 1945.

Yang menarik lagi, audio guide museum ini. Bukan hanya berbahasa Polsky (bahasa resmi Polandia). Tapi juga dilengkapi dengan 27 bahasa. Termasuk Bahasa Indonesia.  

Hal ini makin membuat saya penasaran. Cara mendengarkannya sangat mudah. Cukup memasukan uang koin, kemudian tinggal pilih bahasa. Sangat jelas suara. Keren, Bahasa Indonesia. Saya bisa tahu lebih detail soal museum itu karena dijelaskan dalam bahasa Indonesia.  Agak 'budek' juga kuping kalau mendengarkan pakai bahasa asing.  

Komunikasi dengan Marcin Borowiecki- teman baru di apartemen Czapelska- pakai bahasa Inggris. Terkadang kalau 'lidah lagi kaku' saya pakai bahasa 'tarzan'. Tapi, dia tetap baik menyambut saya. Uang sewa apartamen 500 euro yang saya berikan, langsung dibelikan tempat tidur. Bukan untuk dia, malah diberikan kepada saya. Sore hari, selepas dia kerja, Marcin sering traktir saya dengan teman-temannya di pinggir sungai.

Selidik punya selidik, penggunaan Bahasa Indonesia di museum tersebut, ternyata lantaran hubungan diplomatik Indonesia dan Polandia yang terjalin sejak 1950. Ketika Polandia mengakui kedaulatan RI. Kabarnya Presiden pertama Indonesia, Soekarno, saat berkunjung ke Polandia dan bermalam di Istana Wilanowie.

Istana ini terletak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Warsawa di daerah Wilanow. Berdasarkan cerita warga lokal, tempat ini merupakan istana para raja Polandia.

Enam tahun kemudian, Polandia membuka kedutaan besarnya di Jakarta. Sedangkan Keduataan Besar Republik Indonesia di Warsawa dibuka pada 1960 setelah kunjungan Presiden Soekarno ke Polandia pada 1959.  Polandia sangat menghargai negara-negara sahabatnya. Bahasa Indonesia -- satu dari tiga negara Asia (Cina dan Jepang) pun digunakan dalam Museum bersejarah itu di negaranya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun