Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diri Rahasia Diri

15 Maret 2021   19:32 Diperbarui: 15 Maret 2021   19:35 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


sebuah danau jernih kehijauan
di kedalaman tenang diam
bentuknya lingkaran
salah satu tepiannya mengaliri sungai yang panjang
berkelok berliku
bermuara jauh ke entah

aku menyelam dalam
bagai Sang Putri Dasar Danau
menari aku menari
kedalaman nan sunyi
bergerak aku bergerak
menyelarasi arus pelan mengalun
laju aku laju
sungai kuikuti dalam kehanyutan

di sungai berbatu-batu, aku muncul ke permukaaan
jernih airnya serupa embun dini hari

rumpun bambu rimbun
batu datar besar serupa altar
cahaya emas seruling
menerangi sungai yang temaram

"untukmu," rimbun Bambu tersenyum dengan tariannya

seruling kencana
sejengkal panjangnya
kupeluk erat dan khidmat

"matur sembah nuwun," ujarku

sepi sekeliling
gemericik air sungai berbatu-batu

seorang perempuan tua melihatku
saat berbisik syahdu, "aku akan menjagamu"
aku memeluk erat seruling itu

perempuan bertapih kain hitam
berbaju kain katun putih
di bahunya selendang hitam terselempang
kakinya telanjang
tubuhnya mungil kecil
rambutnya diikat ke belakang
"Perempuan Baduy Dalam," desis hatiku

ia tersenyum ramah padaku
"akhirnya, seruling itu menemukan Tuannya," ujarnya,
"aku bahagia," lanjutnya

"bagaimana kau akan kembali ke negerimu, Anakku?" tanyanya
"aku tadi menyelam mengikuti arus sungai, Ambu. maka aku pun akan kembali dengan cara yang sama," jawabku

kuikat seruling kencana di pinggangku

Ambu Baduy Dalam memberikan pelukan perpisahan. Getar tubuhnya terbaca olehku sebagai sebuah keharuan.

suaranya berbisik berat di telingaku,
"Hati-hati, Anakku"

bergegas kucari jalan pulang ke danau lingkaran. satu aliran sungai deras kecoklatan. beranjak aku di daratan. aliran sungai yang kutemukan tetap deras kecoklatan. sedang yang kucari aliran sungai jernih yang tenang untukku menyelam ke dalam.

berkali-kali aku tiba di tepian.
berkali-kali aku menjauh masuk justru ke daratan.

danau lingkaran jernih kehijauan
tak pernah lagi kutemukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun