Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Dian Oerip: Sang Lelana Wastra Nusantara Kamuka

16 Januari 2021   16:41 Diperbarui: 16 Januari 2021   20:44 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dian Oerip dan Mama-Mama Pembuat Noken di Papua


Saya menjulukinya (dalam bahasa Kawi) sebagai Lelana Wastra Nusantara Kamuka. Pengelana Pencinta Wastra Nusantara. Bagi sebagian orang, nama dalam bahasa Kawi ini akan membangkitkan imajinasi tentang seorang pendekar wanita di masa lalu dengan rambut yang digelung di atas kepala. Sebagian rambutnya tergerai. Mengenakan celana panjang selutut. Bersenjatakan gendewa panah atau keris pusaka. Menguasai segala ilmu kanuragan, kadigdayan, dan olah rasa. Dengan langkahnya yang ringan, ia beranjak dari satu pulau ke pulau lainnya di nusantara. Menggali wastra di tiap-tiap sub wilayah, dan tak bosan mengenalkannya pada dunia dan wilayah lain di Indonesia.

Gambaran itu tak sepenuhnya salah lho, kecuali senjata gandewa dan keris pusaka, rasanya. Pada kenyataannya, yang ada adalah seorang perempuan muda dengan wajah seperti wanita Tibet, seringkali tampil kasual dengan sepatu sneakers dipadukan kain tenun dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dian Erra Kumalasari. Begitu namanya yang tertera pada akte kelahirannya. Nama pemberian Sang Ayah, Bapak Suradji Suprijono, seorang camat di era tahun 2000-2017 an di kecamatan Ngawi, kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Dian terlahir sebagai putri bungsu dari sepasang orang tua bersahaja yang selalu berusaha memelihara keselarasan kehidupan manusia dengan seluruh semestanya.

Dian Oerip. Adalah nama yang digandengkan dengan nama karyanya, Oerip Indonesia. Keistimewaan karya Dian Oerip adalah semaksimal mungkin karyanya menggunakan kain utuh tanpa adanya proses pemotongan, kuatnya pesan untuk mencintai wastra nusantara yang sangat kaya ragamnya dan untuk menghargai para penenun agung negeri ini.

2021 ini, kiprah Oerip Indonesia menjelang tahun ke 13, dan itu bukan masa yang pendek. Belasan, belas, belas kasih dan welas asih. Welas asih adalah compassion. Bekal welas asih rupanya juga diboyong Dian Oerip untuk membesarkan Oerip Indonesia, dengan memberi banyak jalan yang disediakan untuk lestarinya budaya. 

Belasan tahun cukup untuk membuat mendewasa. Begitu pula dengan karya Dian Oerip. Dari ribuan karyanya, dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama, seni lilit wastra nusantara tanpa memotong kain. Seni lilit wastra nusantara rupanya telah menyapa berbagai wilayah dunia. Kedua, ready to wear alias outfit siap pakai. Keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama menggunakan wastra nusantara dengan padu padan tertentu.

Kekuatan Oerip Indonesia adalah kekuatannya bercerita. Dan kekuatan bercerita Dian Oerip adalah pada kualitas rasa fotografi & videografi serta kecepatan tayangnya di berbagai platform media sosial baik Facebook, Twitter maupun Instagram. Sebagai seorang pengelana atau traveler yang sering mengunjungi berbagai wilayah di Indonesia hingga pelosoknya, tidak sulit bagi Dian untuk mencari keajaiban wastra langsung ke penenunnya dan mulai berkonsentrasi melestarikan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia tersebut.

Kini, sebuah museum bersahaja telah berdiri di Jl Sunan Kalijaga Ngawi. Beragam koleksi kain pusaka terpampang dan terpajang di museum berdinding batu bata merah, bersama-sama dengan karya Dian Oerip yang tak lelah menggali kreativitas bagi tampilnya karya baru yang ontentik & orisinil khas Dian. Museum itu, menjadi sebuah oase bagi siapapun sesama pencinta wastra nusantara, maupun pencinta budaya lokal yang adiluhung. Banyak kegiatan yang diampu oleh Oerip Indonesia di Omah Kaoeripan, diantaranya tarian, gamelan, menggali kuliner sehat dari alam, dan seterusnya. Bahkan terakhir ini, dilakukan kegiatan residensi seniman di Omah Kaoeripan untuk bisa saling memahami dan menjalin kolaborasi karya dengan Oerip Indonesia. Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan tentu saja Indonesia, membawa dampak yang sangat telak bagi kehidupan dan penghidupan seniman tanah air. Apalagi dalam kurun 11 - 25 Januari ini kegiatan sosial budaya praktis dihentikan selama masa PSBB se-Jawa dan Bali. Maka Dian menaruh harapan baik untuk kegiatan residensi seniman yang digagasnya, dan sedang berlangsung saat ini, sehingga dapat membantu kehidupan dan menjembatani para seniman serta untuk tetap menghasilkan karya cipta.

New York, Paris, Amsterdam, dan Paris adalah sederet negeri jauh yang pernah disambangi oleh Dian Oerip bersama Oerip Indonesia. Beberapa negara lain pun tak ketinggalan. Di negara-negara manca itu, Dian melakukan unjuk kreativitas seni yang memadu-harmoniskan antara musik, mataya, dengan tokoh utama: wastra nusantara. 

Dian Oerip di berbagai negara
Dian Oerip di berbagai negara
Di Indonesia, Sabang hingga Papua, adalah wilayah jelajah Dian Oerip. Dari pengelanaannya, mutiara-mutiara berwujud jalinan serat selulosa diangkat dengan indah dan utuh menjadi karya busana. Orang Jawa punya pepatah: ajining dhiri ana ing kedhaling lathi, ajining sarira ana ing busana. Rupanya bait kedua petuah tua ini yang coba diugemi oleh Dian Oerip dengan rentang cakupan yang luas: nusantara.

Salah satu pergelaran wastra nusantara di Perancis
Salah satu pergelaran wastra nusantara di Perancis
Ngawi pun turut berbangga, telah membesarkan dan menerima kembali seorang Dian Oerip di haribaannnya, setelah sekian lama Sang Lelana berada di kota satelit Jakarta.

Tak hanya Ngawi, tak kurang, rasanya, Ibu Pertiwi melalui tanahnya yang subur rela memberikan keharuman kuntum-kuntum bunga Dalu Wangi untuk Sang Lalana Wastra Nusantara Kamuka. 

Sebagai sahabat, pengagum, dan yang menyetiai keindahan wastra nusantara, kami tergabung dalam Oeriploversmbois. Mbois adalah istilah bahasa Jawa untuk menggambarkan rasa yang bermakna 'keren', 'asyik', 'otentik', cool, yang sarat dengan positive vibes.

***

Ada satu yang selalu saya ingat dari Sang Lalana ini, yaitu kalimatnya kepada saya yang berbunyi, "Ojo lali anggonmu ngrasakno rasaning oerip*".

Baiklah, Dian!

Terus berkarya, Sang Lalana!


Remake from old writings on 16 Januari 2021.

Catatan Penulis:

Mataya: tarian.

Diugemi: dilestarikan, dipelihara dengan baik.

Ajining dhiri ana ing kedhaling lathi: berharganya diri seseorang ada pada gerak lidahnya.

Ajining sarira ana ing busana: berharganya seseorang ada pada busana/pakaiannya.

Ojo lali anggonmu ngrasakno rasaning oerip: jangan lupa untuk senantiasa merasakan rasa tentang kehidupan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun