Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Limbuk dan Sumbadra

14 Januari 2021   05:00 Diperbarui: 14 Januari 2021   09:27 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ingkang kaping kalih: saya tidak berkulit ireng, Paman... kulit saya lebih terang..."

"Ingkang kaping tiga: Dewi Sumbadra itu sangat sabar, bahkan dalam marahnya, ia tersenyum dengan sangat manis. Saya? Banyak yang bilang saya memiliki wajah yang jutek."

"Ingkang kaping sekawan: Rara Ireng bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang. Bersanggul keling dan sebagian rambut terurai. Berjamang dan bersunting waderan. Bergelang dan berpontoh. Sesudah menjadi Wara Sumbadra, putri ini tak mau lagi mengenakan pakaian serba keemasan dan tak mau pula menggunakan mutu manikam. Lha kula...?'"

Pak Tarno cengar-cengir.

"'Nggih, pun. Kula manut mawon. Kangge kula, Njenengan punika tetep Rara Ireng. Wara Sumbadra punika titisanipun Dewi Sri. Perlambang ingkang sae. Punapa Panjenengan mboten remen? Ewadene panjenengan taksih rumaos dereng saged sabar, ninggalaken ageman sarwi keemasan kaliyan sedaya ratna mutu manik, lan sakpiturute kados Rara Ireng, mugi-mugi Gusti Allah SWT paring kaweruh & ilmu ingkang jangkep'"

Pak Tarno unjal napas. Raut wajahnya tetap memancarkan kesabaran luar biasa. Bibirnya tetap tersenyum.

"Lha nanging, saupami Panjenengan ugi ngrumaosi bilih darmanipun Panjenengan sakmangke kedah dados Limbuk, ugi inggih mboten punapa-punapa. Punika langkung sae .... "

Begitu kata Pak Tarno menutup diskusi kami.

Angin berhembus dengan kencang, terlihat dari jendela ruang makan kantor. Mendung yang sedari tadi menggelantung dan gelap mulai menjelma menjadi hujan. Jalan layang busway Trunojoyo terlihat blur karena hujan yang semakin deras.

***

Begitulah. Bukankah seluruh tokoh pewayangan itu ada dalam diri kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun