Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cerita Burung Kedasih

12 Januari 2021   17:23 Diperbarui: 13 Januari 2021   05:05 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Kedasih (alamendah.org)


Ini kali cerita tentang burung Kedasih
ratapannya terdengar begitu pilu
menyayat, mengiris hati
seorang kawan terperanjat mendengarnya

aku pun terhisap pusaran kejut
tertegun
tergugu
ngeleg idu

pertanda kemalangan, kata orang
pesan kematian

getaran dari gelombang suara yang sudah lama tidak menyentuh gendang telinga kami
entah di mana burung itu hinggap
mungkin di dahan pohon Mangga tertinggi di halaman rumah tetangga

namun seorang pujangga tua tertawa ketika kusampaikan cerita burung Kedasih itu padanya

:
bukankah kicau itu demikian merdu?
seperti nyanyian kekasih yang hatinya penuh rindu
nada yang dieja penuh rahasia
kode Morse berjeda dengan durasi berbeda-beda

:
burung Kedasih lah justru yang sedang berduka
bukan kita, manusia
Kedasih lah yang kehilangan karena kematian
sebab bulan tak lagi memantulkan cahaya matahari ke bumi

:
Bulan Mati
Tilem
Sang Kedasih menyambut bulan baru

_
kicau itu terdengar lagi
kali ini berkali-kali
bagai tertenung aku tenggelam dalam renung

Tilem, sebentar lagi
bulan sebentar lagi baru
hari ini segera berlalu

Kedasih, aku berjanji akan membawa hanya sebisa energiku menanggungnya
selebihnya
kuserahkan pada Gusti Ingkang Akarya Jagad saja


12 Januari 2021

Catatan Penulis: 

Ngeleg idu: menelan ludah

Kedasih, disebut juga Daradasih, atau Cung Cuing (Jawa Barat), Cacomantis merulinus (Latin/taksonomi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun