Demikian dilansir dari www.banknoteworld.com pada 17 Desember 2020.
Dituliskan dalam situs tersebut bahwa banyak sekali uang kertas indah yang diterbitkan pada tahun 2020, namun uang kertas komemoratif (commemorative notes) pecahan Rp 75.000,- merupakan uang kertas terbaik sepanjang tahun ini.
Menurut situs tersebut, uang peringatan kemerdekaan Indonesia ke-75 menampilkan potret Bapak Pendiri Bangsa yang tengah tersenyum dan bahagia, yang menunjukkan gambaran keseimbangan antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Hal ini ditegaskan lagi pada  sisi belakang kertas uang terdapat cetakan intaglio berupa anak-anak Indonesia dengan busana tradisionalnya tersebar melintasi kepulauan nusantara, serta gambar satelit, yaitu satelit Palapa.
Seluruh warna yang digunakan di uang pecahan Rp 75.000,- sangat kaya dan menggunakan saturasi tinggi untuk warna hijau tua dan merah tua sehingga memberikan rasa yang kuat tentang kemewahan dan nilai. Garis-garis detil dan gambar yang tersembunyi pada area ini sangat indah dan sangat menyenangkan untuk diulik lebih dalam.
Terdapat teks mikro (microtext) dan bahkan gambar sepasang kera yang tersembunyi pada cetakan offsetnya. Uang kertas ini memiliki area kosong putih dengan watermark (tanda air) yang rumit yang merupakan salinan dari gambar utama. Tanda air tersebut memiliki batas bingkai berupa cetakan dengan warna gelap untuk menyempurnakan keseimbangan desainnya.
Lebih jauh, situs tersebut juga mengulas tentang digunakannya unsur pengaman (security fatures) pada uang kertas Rp 75.000,- tersebut, khusus tentang benang pengaman yang digunakan.
Uang Khusus Rupiah
Terlepas dari semua itu, Uang Peringatan Kemerdekaan (UPK) Rp 75.000,- ini memang istimewa dan luar biasa. Â Uang kertas ini, jika dikategorisasikan sebagai commemorative currency (uang khusus rupiah), adalah satu-satunya uang kertas Rupiah commemorative currency yang memiliki desain dan nilai nominal khusus yang tidak sama dengan uang kertas pecahan yang beredar massal.Â
Tercatat di situs Bank Indonesia pada rubrik commemorative currency, bahwa sebelum penerbitan UPK Rp 75.000,- di tahun ini, hanya ada satu uang kertas commemorative currency yang terlebih dahulu diterbitkan yaitu uncut notes uang kertas Rupiah.Â
Uncut notes tersebut digambarkan berupa uang kertas bersambung dua lembar dan empat lembar untuk pecahan Rp 100.000,-; Rp 50.000,-; Rp 20.000,-; Rp 10.000,- yang desain dan nominalnya sama dengan pecahan massal yang beredar yaitu uang kertas emisi tahun 2014. Selebihnya adalah uang logam.Â
Tercatat di laman tersebut delapan seri commemorative coins uang peringatan 25 tahun kemerdekaan RI; seri Perjuangan Angkatan 45; seri Save The Children; seri Cagar Alam 1974; seri Cagar Alam 1987; seri 50 Tahun Kemerdekaan RI; seri 100 Tahun Pemimpin RI; serta seri Children of The World. Â Â
Wastra Nusantara
Keistimewaan desain UPK Rp 75.000,- yang sangat menonjolkan keluhuran warisan budaya Indonesia adalah adanya ragam hias yang diangkat dari kekayaan wastra nusantara. Kita tahu bahwa Indonesia memiliki warisan budaya leluhur yang sangat kaya ragamnya dalam hal wastra (kain).Â
Hal ini bisa dipahami mengingat luasnya wilayah dan kepulauan Indonesia yang masing-masing memiliki kekhasan tersendiri dalam penyediaan kebutuhan sandang yang telah dimulai dari masa silam jauh sebelum manusia mengenal permesinan untuk memproduksi kain. Bagaimana Aceh memiliki seni dan keindahannya, Batak dengan Ulosnya, Lampung dengan tapisnya, seterusnya hingga ke wilayah Timur Indonesia.
Lalu apa saja wastra nusantara yang ditampilkan dalam selembar kecil berukuran kurang lebih 15 cm x 6,5 cm UPK Rp 75.000,- ini? Setidaknya dapat kita lihat tiga jenis wastra nusantara di UPK tersebut, yaitu:
Tenun Gringsing
Tenun ini dari Desa Adat Tenganan, Pegringsingan, Kabupaten Karangasem Bali. Makna yang terkandung dari kata gringsing adalah 'terhindar dari sakit' (gring berarti sakit, sing berarti tidak). Semacam terkandung doa tolak bala pada nama tenun ini.
Motif Batik Kawung
Motif batik Kawung ini berasal dari Jawa, melambangkan pengendalian diri yang sempurna. Motif Kawung merupakan pola geometris dengan empat bentuk elips yang mengelilingi satu pusat.Â
Bagan seperti ini dalam budaya Jawa dikenal sebagai keblat papat lima pancer. Ini dimaknai sebagai sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin (sumber: kratonjogja.id). Secara filosofi, Kawung merupakan perlambang dari pengendalian diri yang baik sehingga bisa memberikan kemanfaatan bagi orang lain.
Kain songket Napan Perak
Sumatera Selatan lah yang memiliki motif Napan Perak, yang merupakan perlambang atas kemakmuran dan kehormatan.
UPK Rp75.000,- ini diakui memiliki keindahan tersendiri, yang menggambarkan keutuhan dari sisi teknologi, estetika dan seni, nilai-nilai, kekayaaan budaya nusantara, dan ke dalam makna kehadirannya di tengah-tengah Pandemi Covid-19. Semoga penerbitan dan keberadaan UPK Rp75.000,- menjadi doa dan pengingat kita semua pada kuasa Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H