Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Rudiantara: Like a Little Boy in The Candy Shop

28 Februari 2016   11:25 Diperbarui: 28 Februari 2016   23:38 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di luar ruangan, beberapa teropong dengan ukuran lebih kecil terpasang di halaman. Puluhan anak-anak pelajar berkerumun, dan mendengarkan Kakak Mahasiswa yang menjelaskan tentang teropong tersebut. Rudiantara menghampiri salah satu station dan berdialog dengan mereka. Pertanyaan Rudiantara "Ada yang bercita-cita jadi astronot...?" disambut jawaban spontan salah satu anak dengan acungan jari yang diaminkan oleh teman-temannya. 

[caption caption="Rudiantara mengelus kepala salah satu pelajar yang bercita-cita menjadi astronot"]

[/caption]

Masih ada beberapa tempat yang disinggahi Rudiantara dengan penuh minat. Diantaranya adalah galeri alat-alat uji jaman dulu, alat ukur dimensi, alat ukur waktu, mikroskop sebagai alat bantu untuk "membaca" hasil peneropongan. Terbayang rumitnya. Hasil pemotretan harus dijadikan film terlebih dahulu, lalu diamati di bawah mikroskop untuk mengetahui posisi bintang dengan menarik sumbu x dan y. Terbayang juga berapa lama waktu yang diperlulkan dan ketelatenan untuk "membaca" bintang. Sangat jauh berbeda dengan sekarang yang serba digital. 

Di salah satu gedung yang terpisah, ada rungan khusus yang memutar film dokumenter tentang matahari, sebuah film riil dengan perlambatan 10-100 kali, yang menggambarkan loncatan api di permukaan matahari. Terdapat pula gambar-gambar tentang siklus hidup matahari. 

Dalam skala milyar tahun, matahari lahir, tumbuh, melemah, dan akhirnya mati, sebagaimana makhluk Tuhan yang lain. Hmmm, terbayang tentang Kisah Pencarian Nabi Ibrahim akan Tuhan Semesta Alam. Dulu dikiranya Matahari adalah Tuhan, namun Matahari pun akhirnya tenggelam. Dan sesungguhnya, Matahari juga memiliki siklus hidup. Belajar tentang astronomi, ternyata adalah belajar tentang  keagungan Tuhan, dan kefanaan kehidupan.

***

Saat kembali ke tempat pelaksanaan acara, Rudiantara singgah ke sebuah ruangan kecil di sudut bangunan dan berdialog dengan R. Soeyono, Ketua Perkumpulan Filatelis Indonesia. Turut berdiskusi pada kesempatan tersebut, beberapa undangan dari ITB, PT Pos Indonesia, Kementerian Kominfo dan Peruri. Sebuah Kemasan Filateli prangko seri khusus Gerhana Matahari Total dibagikan dan diperagakan.

Beberapa fitur khusus dan unik yang dimiliki prangko ini adalah "Glow in the dark", yaitu bisa memendar dalam kondisi sekitar gelap, dan apabila diarahkan pada lensa kamera HP dengan basis Android dengan aplikasi tertentu, maka akan muncul sebuah tayangan unik di layar HP. Rudiantara tampak antusias menyaksikan peragaan tersebut. 

Kudapan khas Lembang pun turut meramaikan diskusi informal tersebut, yaitu kacang rebus, ketan bakar dengan beragam sambelnya, jagung bakar, ubi rebus. Dengan gayanya yang easy going, Rudiantara mencicipi ketan bakar Lembang yang menurutnya rugi kalau nggak dicoba.

Acara launching berjalan khidmat dan santai. Dalam sambutannya, Rudiantara mengungkapkan pada pembukaannya bahwa ia "Like a little boy in the candy shop". Karena saking tertarik, excited, bergairahnya Menteri Kominfo ini dengan penjelajahannya di observatorium Bosscha ini. "Observatorium Bosscha ini membangkitkan passion saya..!", ujarnya menggambarkan kesannya. Tentang prangko Gerhana Matahari Total ini, Rudiantara mengatakan bahwa ia sungguh-sungguh mempelajari tentang beragam legenda Gerhana Matahari Total di penjuru dunia yang beragam.

Khusus legenda di Indonesia, yaitu Batara Kala memakan matahari dan pemukulan lesung dan kentongan sebagai ekspresi pemukulan badan Batara Kala agar kegelian dan memuntahkan kembali Si Matahari, adalah legenda leluhur yang selayaknya dipertahankan sebagai sebuah khazanah kesenian nusantara. Prangko Seri Khusus ini tentu saja memiliki nilai seni yang tinggi, serta semakin lama usianya, semakin memiliki nilai intrinsik yang semakin tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun