[caption caption="Ilustrasi Memandang Bintang "][/caption]Jika boleh kuberpuisi petang ini
Maka itu adalah untuk Sri
Wanita pecinta Bintang yang tak mau lelap saat satu persatu sahabat-sahabat barunya tumbang oleh kantuk setelah sepanjang malam bergitaran di sekeliling unggun yang menyala terang
Restu, Siwi, Gusti, Okky, Fikri - penduduk bumi terakhir di Rumamerah Tanakita -Â telah lenyap dari pandangan.Â
Sri bergeming di bangku kayu menatap langit luas dengan kerlip gemintang yang semakin nyata justru di jelang dini hari
Membelakangi ruang tengah Rumamerah dan gempita dendang goyang keriaanÂ
Â
Angin tak tersuarakan desaunya
Langit biru bening
di hadapan sana, setelah Sri dan pagar tanaman, lereng bukit curam mengantar pandang pada kelap kelip rumah-rumah penduduk di lembah.Â
Kulihat, Sri sedang menangkapi satu demi satu bintang di langit, tidak dengan tangannya yang mahir mencuri-curi ekspresi dengan kamera DSLRnya. Ia menangkapi juga konstelasi bintang seluruhnya, tanpa sisa, dengan sorot mata, dan dengan hatinya. Entah dia mau simpan dimana.
Kutengadah mengikuti Sri, sesaat sebelum beranjak, taburan bintang menjadi penutup hari yang penuh talian kisah: bersama santri bocah dalam hujan deras menyaksikan film tentang Kopi Indonesia.Â
Sri tetap di bangku terujung terdekat dengan pagar tebing. Membelakangi kami semua yang telah memasuki dimensi impian.Â
Cintai Bintang sepenuh hatimu, Sri. Biarkan balasan Cinta Gemintang menjadi milik kami semua.
Â
*Mengenang Sukabumi Berbagi, sebuah kegiatan sosial bersama sebuah forum keren, bernama Forum Humas BUMN*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H