Ini adalah satu lagi tulisan tentang hukum tarik menarik atau the law of attraction. Dengan senang hati, saya kaitkan dengan hukum kekekalan energi atau the law of conservation of energy favorit saya. Ceritanya ada di tulisan saya di bawah ini. Semoga cerita ini nggak bikin bosen.
Saya seperti kena teguran atas keluhan saya di masa lalu yang kira-kira berbunyi begini: so, buat apa saya belajar susah-susah untuk mengembangbiakkan makhluk renik bernama bakteri dalam sebuah reaktor yang harus saya jaga kondisi anaerobnya dari menit ke menit, rela bermalam-malam nginep di laboratorium penelitian yang kataya spooky di Jalan Ganesha Bandung, kampus ITB, kalau project-project yang saya usulkan mentah semua dan usulan di tempat saya mengabdikan ilmu justru ditentang dari berbagai pihak kanan-kiri?
Beberapa hari yang lalu, di tempat saya sekarang yang sudah tidak lagi membahas tentang limbah, saya ternyata harus membuka komunikasi dengan salah satu dosen saya dulu saat belajar tentang biokimia. Lucunya, kami "dipertemukan" kembali dalam sebuah framework yang sangat jauh berbeda dengan saat dulu. Dulu, "bahasa" kami adalah tentang kehidupan jasad renik, pathways, keterlibatan enzym dalam kehidupan bakteri. Hal yang sangat menarik dan saya sukai. Kuliah beliau sangat saya ingat sampai sekarang adalah tentang "pembiasaan" bakteri untuk "dipaksa" sedikit demi sedikit ke keadaan dimana ia 'mau tidak mau' akan mengkonsumsi 'makanan-sisa' sebagai sumber energinya.Â
Bahasa gampangnya, gimana kita bisa memanfaatkan bakteri untuk menguraikan limbah industri menjadi senyawa yang lebih aman bagi lingkungan. Gambaran ekstrim yang beliau berikan masih saya ingat sampai sekarang : jika sudah tidak ada lagi yang bisa dimakan, bisa jadi 'muntahan' pun akan menjadi sumber makanan. Yuucccckkk...! (Catet, Pak Dosen memberikan pancingan imajinasi dengan subjek manusia).
Sekarang, beliau di sana, di ITB, sebagai Direktur Luar Negeri dan Kemitraan, dan saya sebagai orang komunikasi perusahaan. Ada sebuah acara yang perlu arrangement dari lembaga tempat beliau berkiprah dan lembaga tempat saya berkarya. Dan kami 'dipertemukan kembali', kali ini tetap dengan bahasa yang sama, Bahasa Indonesia, namun bukan lagi  tentang bakteri. Kami bicarakan tentang kegiatan protokoler yang mempertemukan dua pucuk pimpinan perusahaan, Pak Dirut dan Pak Rektor, beserta hal-hal lain tentang pewartaan ke media massa, kerja sama dua belah pihak.
So...
Saya harus bilang, saya tidak pernah merasa sia-sia belajar tentang pathways, bakteri, kinetika reaktor, dan spektrofotmetri atau apapun di masa dulu. Semua itu 'mengayakan' saya dari berbagai dimensi di kekinian yang sekarang saya jalani.
In-shaa Allah, pada saatnya, 'semua' menemukan 'jalan'-nya.
Jika kita mengerti, begitu indah, bukan?
Redwall,
6 Januari 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H