Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kopinira: buat yang Cari Tempat Ngopi di Serpong

13 Oktober 2015   12:15 Diperbarui: 13 Oktober 2015   12:15 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopinira!

Beberapa waktu lalu, saya tulis tentang kopi, dan saya share tulisan dari media online tentang tips untuk hindarkan rasa perih lambung dengan cara beralih dari Robusta ke Arabika. Lalu sore ini, tiba-tiba saja saya sampai di Kopinira (#yourcoffeejourney) di Serpong.

Dan saat di hadapan saya tersaji affogato, menikmatinya secicip demi secicip, sambil was-was dikit akan 'ancaman' sakit lambung, ternyata tandas sampai akhir. Daan.... enak. Rasa sakit lambung yang kukhawatirkan pun nggak muncul.

Kopi Arabika dari Tambora. Itulah yang berhasil memasuki lambung saya. Tempat ngopi yang bersebelahan dengan Mie Tarik dan Sop Durian milik Sonny J-Rocks ini punya melting terrace. Pengunjung bisa pesan makanan sekalian ngopi di teras itu.

Ruangan didominasi warna kopi. Perabotan kayu warna senada. Semua perabotan didesain dan bahkan dibuat sendiri oleh pemiliknya. Kesan ruangan ngupi ini: hangat dan personal. Di salah satu dindingnya, 3 buah gitar elektrik dengan warna berbeda jadi hiasan. Gitar yang adalah dummy dari pabriknya langsung, Si Pemilik Kopinira, Toien Radix Akassa dan istrinya yang sudah mumpuni jadi barista. Di ruang penyajian, terdapat wadah kaca silinder berderet berisi biji kopi yang telah disangrai dari tempat yang berbeda-beda. Gayo, Wamena, Tambora, Toraja, dan lima atau empat tempat lagi di Indonesia.

Saya diijinkan untuk melakukan organoleptic test terhadap biji kopi yang telah disangrai di wadah beling itu. Sebuah uji yang diajarkan saat di Teknik Kimia dulu, mata kuliah Kimia Analisa. Satu persatu wadah kubuka. Kudekatkan hidungku di tepinya, tidak sampai berada di lubang silinder. Lalu tangan kananku, kukibaskan. Hmmmm.... kucium aroma kopi yang khas. Tiap daerah, punya aroma tersendiri. Yang paling light, adalah aroma kopi dari Wamena. Seperti 'tidak punya aroma'. Wah. Ternyata sungguh menarik! Meskipun saya nggak bisa jelaskan aroma masing-masing kopi seperti apa, namun perbedaannya sangat terasa.

Pemiliknya menjelaskan bahwa kata Kopinira ini berasal dari Kopi dan Nira (gula aren). Mereka memperoleh green bean dari para petani dari masing-masing asal daerah, dan melakukan proses sangrai sendiri.

Kopi bikin nggak bisa tidur? Mungkin benar. Tapi buat saya saat ini hal itu tidak berlaku. Sungguh berat pelupuk mata ini rasanya. Dalam hitungan detik, rasanya akan terpejam saking ngantuknya.

*merekam Serpong di Jakarta*
10-05-2015.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun