Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Buku di Tengah Banjir Bandang Informasi Dunia Digital

4 Maret 2016   18:15 Diperbarui: 10 Maret 2016   17:01 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali lagi, di Abad Digital ini, keberadaan buku bentuk cetak non digital masih sangat penting bahkan sepanjang jaman. Buku punya cara sendiri dalam menyampaikan informasi kepada para pembacanya.

Sebagaimana disampaikan Ahmad Yuzki Maksum, pengelola Taman Bacaan Masyarakat [TBM] MM Foundation desa Pinggirsari kecamatan Ngantru Tulungagung saat hadir sebagai nara sumber dalam acara Pojok Literasi, Sabtu pagi kemarin, 27/2, di radio LIIUR FM Tulungagung. “Walaupu informasi dari internet sudah sangat luas, tetapi buku punya caranya sendiri untuk memberikan informasi. Jadi buku tetap memiliki daya Tarik,” kata alumi Universitas Indonesia itu.

[caption caption="poto: koleksi siwi sang"]

[/caption]

[caption caption="sumber poto Siwi Sang"]

[/caption]

[caption caption="poto: koleksi siwi sang"]

[/caption]Memandang penting kedudukan bahan bacaan berupa buku, mendorong Ahmad Yuzki Maksum dan keluarganya di desa Pinggirsari untuk mendirikan TBM pada awal bulan kemarin. Koleksi buku sebagian banyak merupakan koleksi pribadi dan keluarga, kemudian sumbangan atau hibah dari beberapa kawan seperti dari UI Jakarta. Sebagian banyak masih koleksi buku buku remaja dan dewasa. Untuk buku anak anak, dia mengaku masih kurang. Hal itu karena memang rintisan awalnya adalah membidik pembaca dari kalangan anak muda dan orang tua. 

Dia akan melakukan secara bertahap, mengenalkan buku buku kepada masyarakat sekitar desa Pinggirsari. Harapannya, setelah kalangan remaja dan orang tua datang dan membaca buku koleksi TBM MM Foundation, mereka akan menyampaikan kepada orang lain terutama anak anak bahwa di desa Pinggirsari sudah ada tempat membaca buku.

Ahmas Yuzki Maksum menyampaikan, di TBM MM Foundation, persoalan yang lebih menjadi kendala adalah bagaimana mendatangkan orang untuk mau membaca buku koleksinya. Oleh karena itu, dia berusaha melakukan beberapa kegiatan kreatif seperti menggandeng atau bekerjasama dengan beberapa pihak untuk memancing orang atau warga sekitar desa Pinggirsari membaca buku. Pertama mengadakan kerjasama dengan GERIMIS atau Gerakan Minum Susu dari UI Jakarta, mengundang anak anak sekitar TBM MM Foundation, minum susu bersama. Tujuan kegiatan itu supaya mereka para orang tua dan anak anak desa Pinggirsari mengetahui ada tempat bermain dan tersedia buku buku bacaan di TBM MM Foundation.

Unuk kalangan remaja, rutin setiap hari bahkan sampai malam mengadakan diskusi buku dan seputar persoalan actual di sekitar mereka maupun persoalan yang sedang menjadi isu nasional. Selain diskusi harian juga ada diskusi rutin dua mingguan. Pada diskusi dua mingguan yang terahir membahas soal khitan perempuan dan Komunikasi Media. Adapun narasumber dari komunitas di desa Pinggirsari.

Ada yang menggelitik dari TBM yang dalam bulan ini baru dibangun oleh MM Foundation. Di sana sudah ada fasilitas wifi gratis yang tujuannya untuk menarik orang orang sekitar datang ke sumber buku dan bahan bacaan lain yang tersedia. kata Yuzki, minimal mereka datang untuk fesbukan dulu. Tapi makin lama mereka terus di situ tertarik bertanya tanya dan ada satu aturan jika pengunjung atau mereka yang menggunakan fasilitas internet akan dapat beberapa pertanyaan misal kapan candi Borobudur dibangun, kapan Nabi dan Rosul Muhammad SAW lahir, dan seterusnya. 

Selanjutnya mereka akan gogling di internet mencari sumber reverensi yang perlu dibaca sesuai pertanyaan atau persoalan. Ini upaya bagaimana merangsang para pengunjung TBM untuk membaca juga. Mereka dituntut mencari bahan bacaan. Itu juga merupakan upaya berliterasi. Mereka ahirnya membaca meski tidak membaca di buku melainkan di internet. Tapi tetap menyempatkan diri melakukan aktifitas membaca bahan bacaan yang bermanfaat.

Soal bagaimana mengembangkan TBM menjadi topik menarik. Antaranya melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, dengan sesama komunitas TBM, dengan komunitas lain seperti seni, budaya, komunitas satwa, fotografi, komunitas penulis, jurnalis warga. Dengan pemerintah terutama dinas pendidikan dan kebudayaan, dengan perpusda, lalu dengan lingkungan akademik baik sekolah dan perguruan tinggi, serta terutama dengan media mainstream, sebagaimana yang dilakukan pena Ananda mengadakan kerjasama dengan Liiur fm.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun