Tjut Zakiyah Anshari pengasuh Sanggar kepenulisan Pena Ananda Club Tulungagung menyampaikan, perlu lebih banyak upaya penulisan atau pendokumentasian dalam bentuk tulisan terkait kesejarahan lokal Tulungagung supaya terutama kalangan sekolah di Tulungagung memiliki banyak reverensi sejarah lokal. Sudah saatnya anak anak sekolah belajar memahami mana kisah cerita yang tergolong legenda semata dan mana yang mengandung nilai sejarah berdasar sumber yang ada. “Ini menjadi tugas kita semua terutama para penulis Tulungagung yang punya minat pada sejarah untuk giat menulis tentang sejarah lokal Tulungagung,” katanya.
Trias Untung Kurniawan menyampaikan, kekayaan sejarah lokal Tulungagung sangat bagus jika diungah dalam berbagai bentuk karya seni seperti puisi, teater, atau sendratari. Selain sebagai wahana belajar sejarah, juga untuk menumbuhkan kreatifitas terutama di kalangan anak sekolah di Tulungagung. Hanya yang perlu diperhatikan, menurut Trias, adalah soal konsep pertunjukkan yang harus digondeli betul betul.
Supriyadi mantan ketua MGMP Sejarah SMA/SMK Tulungagung menyampaikan gembira karena rangkaian Tulungagung Rally History 2016 berjalan lancar mendapat dukungan berbagai komunitas. “Jika terus mendapat dukungan berbagai pihak, terutama dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung, InsyaAlloh kami bersama teman teman MGMP Sejarah akan siap melakukan kegiatan seperti ini,” ungkap kepala sekolah SMA PGRI 1 Tulungagung itu.
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
[caption caption="sumber poto: Cagar Budaya Tulungagung"]