Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tulungagung Rally History 2016, Pembelajaran Sejarah Lokal On The Spot Pertama di Indonesia

2 Maret 2016   18:38 Diperbarui: 10 Maret 2016   17:00 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adanya temuan peninggalan arkeologi berupa 4 Goa yang berfungsi sebagai tempat pertapaan memberikan petunjuk bahwa wilayah Tulungagung selatan di lereng utara pegunungan kapur selatan, merupakan komplek Goa pertapaan yang satu diantaranya adalah Goa Pasir. Banyaknya peninggalan sejarah dan arkeologi berupa Goa Pertapaan di wilayah Tulungagung selatan seperti situs Goa Pasir, menurutnya, sangat terkait dengan adanya kegiatan keagamaan sekaligus pembelajaran. Arkeolog ini meyakini sangat mungkin masih ada goa pertapaan lain, karena riset atau penelitian mengenai goa pertapaan di Tulungagung selatan belum selesai. Ia sangat berharap ada temuan baru di Tulungagung selatan.

Goa Pasir merupakan situs pembelajaran yang pada masa lalu disebut sebagai Mandala Kadewagurwan, yaitu suatu lingkungan yang digunakan untuk tempat pembelajaran. Kata Gurwan berasal dari kata “guru” dan “an” yang artinya berguru. Tempat ini juga disebut sebagai suatu karesyan dimana para resi berada di areal ini untuk memberikan pembelajaran kerohanian. Dengan demikian, menurut Dwi Cahyono, kegiatan pembelajaran sejarah lokal di situs Goa Pasir terbilang sangat tepat. Hal itu berdasarkan latar belakang sejarah keberadaan situs Goa Pasir yang sejak awal dikenal sebagai tempat pembelajaran atau pusat pendidikan pada masa lalu.

Sosok enerjik yang oleh Heru Mudjiono dikelakari sebagai anggota PLO alias Pasukan Lali Omah, saking sukanya blusukan, mengadakan penelitian sejarah dan arkeologi di berbagai tempat itu juga menyampaikan, bahwa dengan melakukan pembelajaran di situs sejarah Goa Pasir, memberikan petunjuk bahwa tempat belajar tidak semata mata berupa ruang kelas atau sekolah, tetapi ada tempat pembelajaran out of school, yaitu tempat pembelajaran on the spot.

“Pembelajaran sejarah secara on the spot antara lain pembelajaran di situs sejarah. Bagaimanapun, situs sejarah merupakan sumber untuk belajar,”  tegas Dwi Cahyono.

Grand Final Cerdas Cermat Tema Sejarah Lokal Tulungagung

Grand Final cerdas Cermat dengan tema sejarah lokal Tulungagung diikuti 6 peserta yaitu Amalia dari SMAN 1 Kauman, Mohammad Firnanda dari SMAN 1 Kauman, Toni dari SMAN 1 Kedungwaru, Rian dari SMAN 1 Kauman, Siti.F dari SMKN 1 Boyolangu, dan Affiano dari SMAN 1 Boyolangu.

Juri Grand Final Cerdas cermat adalah Budi Harsono kepala sekolah SMPN 2 Rejotangan dan Siwi Sang penulis sejarah Girindra Pararaja Tumapel Majapahit dan salah satu penulis buku Sejarah dan Budaya Desa Panjerejo, Rejotangan, Tulungagung.

Selain itu terdapat tiga juri kehormatan yang tampil masing masing memberikan pertanyaan kepada dua peserta, yaitu Haryadi pengelola Museum Wajakensis Tulungagung, Heru Mudjiono Kadikdasmen Dinas P&K Tulungagung, dan Dwi Cahyono arkeolog nasional dari Universitas negeri Malang.

Setelah menyelesaikan tiga putaran, tampil sebagai juara I adalah Rian, juara II diraih dengan perjuangan keras oleh Toni yang harus mengikuti satu sesi tambahan karena memiliki nilai sama dengan Amalia yang ahirnya meraih juara III.

Perebutan juara II dan III antara Toni dan Amalia terbilang cukup menarik dan menegangkan terutama dua peserta itu dan para pendukung masing masing. Sesuai aturan lomba, jika ada beberapa peserta yang memiliki nilai sama setelah berahir putaran ketiga atau setelah selesai sesi pertanyaan dari tiga juri kehormatan, maka akan dilakukan sesi pertanyaan tambahan yang diberikan Dewan Juri.

Siwi Sang mewakili Dewan Juri berkesempatan memberikan pertanyaan seputar sejarah Rajapatni dyah Gayatri, yang setelah putri sulungnya naik tahta sebagai ratu Majapahit, tokoh ini meninggalkan keraton berdiam di Mandala Goa Pasir hingga wafat didharmakan di Boyolangu Tulungagung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun