Selesai pementasan Ruwat Durga atau Sudamala, Meilia Padma Kartyasa merasa sangat luar biasa, karena dapat menyatu dengan para penonton yang memadati aspal jalan. Dalam banyak pentas sebelumnya, Menurut Meilia, selalu menggunakan panggung buatan yang terpisah dengan penonton.
Meilia Padma juga menyampaikan, biasanya menggunakan 4 pemain, yaitu Sadewa, Kunti, Durga, dan Uma. Tapi pada penampilan malam kemarin menggunakan 3 pemain dan selalu diiringi gamelan jawa.
Pengalaman kolaborasi dengan iringan musik etnik perkusi dari grup Cawang Segawe Perkusi Tulungagung merupakan pengalaman baru yang istimewa dan unik. Melia Padma merasa terinspirasi untuk suatu saat kelak kolaborasi dengan iringan jenis musik lain.
Bayu Kriswantoro juga merasa berkesan mendalam dapat kolaborasi dalam sendratari Sudamala. Ia mengungkapkan, karena masing masing pemain sudah paham dengan cerita dan peran yang dibawakan, menjadikan penampilan malam tahun baru kemarin memiliki roh atau lebih berjiwa. Antar pemain, menurutnya, juga tidak kesulitan untuk saling merespon tiap gerakan.
Meski sebelumnya tidak melakukan latihan kusus persiapan pentas malam tahun baru 2016, menurut Bayu, konsep sendratari dapat dikomunikasikan dan diujudkan dengan baik.
Dan meski bentuk kontemporer, masih menurut Bayu Kriswantoro, sendratari Ruwat Durga tetap mengacu pada pakem gerak tari.
Selain sendratari Sudamala, dalam acara 8 jam nonstop Cawang Segawe Perkusi Tulungagung juga menampilkan beberapa kolaborasi seperti tari, musikaliasi puisi yang dibacakan seniman Widji Paminto Rahayu, dan Setio Hadi.
Â
Â
SIWI SANG