Jika sebagian banyak acara pembukaan kelas festival ditandai pencet tombol sirine, tabuh gong, tabuh bedug, atau paling praktis ketuk mikrophone, untuk pembukaan Festival Menulis pertama di Tulungagung bertajuk FESTIVAL BONOROWO MENULIS [FBM] 2015, ditandai tabuh lesung menggunakan tiga alu, mengalunkan nuansa alam agraris Bonorowo jaman lama.
Suasana sibuk campur gembira menyambut pesta Literasi lokal pertama di Tulungagung sudah terasa sejak Jumat jam 8 pagi, 9/10, di pelataran kampus Universitas Tulungagung [UNITA]. Tepi barat dan timur pelataran berdiri memanjang terob bersekat menjadi stan pameran Literasi tampak warna warni karena berisi 17 peserta dari berbagai komunitas, sekolah, dan kampus di Tulungagung dan dua tamu Literasi dari luar Tulungagung, yaitu Gunung Budheg Learning Center, komunitas satwa THE MUPPET, Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club, Sanggar Sastra Jawa TRIWIDA, Padhang Jingglang, SMUDGE ART, UNITA, PKBM dan TBM Alfa Salam desa Panjerejo, YATIM MANDIRI, MI Modern SAKTI Permata Hati Ibu, Komunitas Jazz Tulungagung [KJT], GERMUSA, HMI, MAN 2 Tulungagung, API Bandung Jawa Barat, dan Komunitas Literasi Bina Qalam Surabaya.
Di ajang FBM 2015 yang akan berlangsung selama tiga hari itu, 9-11 Oktober, selain pentas seni Literasi berupa tari buku, teater, pembacaan puisi, geguritan dan musikalisasi puisi, ada rangkaian penampilan musik seperti dari KJT, Cawang Segawe Perkusi Tulungagung, Rap Hip Hop Community [RHHC] BARUKLINTING Tulungagung, serta Konser Buku dan Monolog INGGIT dari API Bandung Jawa Barat. Oleh karena itu panggung utama FBM 2015 disiapkan perabotan sound system yang mendukung ragam kegiatan di atas panggung.
Di atas panggung terdapat aneka perabotan nuansa kuna. Sepeda kuna, meja dan kursi kayu. Tiga bangku kayu panjang. Patung kayu menjepit buku ARUS BALIK karya Pramudya Ananta Toer, dan lesung kayu kuna ukuran besar lengkap tiga alu kayu yang siap digunakan menandai pembukaan FBM 2015.
Sebagai latar belakang panggung utama adalah bentangan banner panjang bertuliskan FESTIVAL BONOROWO MENULIS 2015 : Semangat & Potensi Literasi Tulungagung Untuk Indonesia Satu.
Di hadapan panggung utama terdapat terob besar menaungi jejeran kursi para tamu undangan dan pengunjung FBM 2015. Hadir dalam pembukaan FBM 2015 antaranya Suharno kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung, Supriyono ketua DPRD Tulungagung, BPDK, BPMPD, Purek I UNITA, Wienarso perwakilan Alumni 81 dan Yayasan Langit Biru sebagai salah satu pendukung utama FBM 2015, para mitra sponsor lain, para tamu undangan, serta masarakat umum dan para siswa sekolah dan mahasiswa.
Sebelum pembukaan resmi, panggung utama sudah dihangati oleh penampilan Cawang Segawe Perkusi, Tari Buku MANDUTA, musikalisasi puisi oleh Adew API Bandung, Widji Paminto Rahayu seniman lukis Tulungagung, dan Widi Suharto penyair Trenggalek.
https://www.youtube.com/watch?v=kPdhQwN2PSA&feature=autoshare
Â
Maka panggung FBM 2015 Jumat jam 11 pagi kemarin bernuansa sangat lain. Alunan suara lesung dipukuli tiga alu itu untuk waktu sekitar satu menit sanggup menghadirkan nuansa klasik Bonorowo, satu nama kuna Tulungagung.
Pada pembukaan FBM 2015 kemarin, dikunjungi pula oleh masarakat umum dan dari kalangan sekolah mulai PAUD sampai perguruan tinggi. Antusias para pengunjung FBM 2015, menurut Tjut Zakiyah Anshari, menjadi wujud semangat dan dukungan dalam gerakan Literasi tulungagung kususnya gerakan tulungagung menulis.
Tjut Zakiyah Anshari dalam laporannya menyampaikan, jumlah dana masarakat yang terkumpul melalui Gerakan Donasi Literasi, hingga hari pembukaan FBM 2015, sejumlah 31 juta.
FBM 2015 merupakan puncak dari Gerakan Tulungagung Menulis yang diinisiasi Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club. Tujuan festival ini yang utama adalah sebagai media silaturahim antar pegiat dan komunitas Literasi dan juga wahana belajar dan berkarya bersama untuk menguatkan identitas Tulungagung. Oleh karena itulah, menurut Tjut Zakiyah Anshari, tema yang diusung FBM 2015 adalah Semangat Dan Potensi Literasi Tulungagung Untuk Indonesia Satu. Dengan maksud, kuatnya identitas Tulungagung juga akan menguatkan identitas Nusantara atau Indonesia.
Tjut Zakiyah Anshari menyampaikan, rangkaian kegiatan menuju FBM 2015 sebenarnya telah dimulai setahun silam.
Sejak Nopember 2014, Sanggar Kepenulisan Pena Ananda menggencarkan kelas menulis, termasuk pelatihan penulisan novel bersama Gola Gong dari Rumah Dunia.
Sejak 17 Januari 2015, Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club Tulungagung menjalin MoU dengan radio LIIUR FM Tulungagung, melakukan kampanye Literasi tiap Sabtu pagi pukul 09.00-10.00 dengan tajuk POJOK LITERASI yang menghadirkan para pegiat dan tokoh Literasi lokal dan nasional.
Sejak 1 Agustus hingga 30 September, diselenggarakan lomba penulisan dengan tema: Seni Budaya Sejarah Tulungagung Untuk Indonesia Satu. Peserta lomba mulai dari SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA, dan umum. Para juara lomba penulisan diumumkan setelah pembukaan FBM 2015.
Sejak 1 Agustus hingga 30 September, pelaksanaan Gerakan Hibah Buku yang berhasil mengumpulkan 295 buku. Buku buku hibah itu dibagi untuk kado buku bagi komunitas Tulungagung, untuk TUMPENGAN BUKU di puncak acara FBM 2015, dan sebagian digunakan untuk kegiatan Cangkruk Baca Kreasi dan Sastra tiap Ahad pagi di alun alun Tulungagung yang diselenggarakan rutin sejak 2013 oleh Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club.
Tjut Zakiyah Anshari menyampaikan, selama tiga hari, 9-11 Oktober 2015, bertempat di UNITA, FBM 2015 menggelar aneka Talkshow Literasi di panggung utama, Pentas Seni Literasi di panggung utama, 16 jenis Workshop penulisan bertempat di tiga ruang kelas kampus UNITA, Seminar Desa Literasi, Stan Pameran Literasi, Majalah dinding festival, Sarasehan Penulis Tulungagung, TUMPENGAN BUKU, dan deklarasi Gerakan Literasi Tulungagung.
Rencananya, menurut pengasuh Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club itu, akan ada penerbitan 6 buku dokumenter hasil pelaksanaan FBM 2015 yang rencananya dirilis Desember 2015.
Pada kesempatan itu, Tjut Zakiyah Anshari berharap, semoga FBM 2015 mampu memberi energi tinggi dalam berliterasi di Tulungagung dan Indonesia.
Selesai pembukaan FBM 2015 yang ditandai dengan menabuh lesung, di atas panggung utama juga ada peluncuran buku karya EZRA, penulis cilik Tulungagung kelas satu SD. Itu buku pertama dari lima seri berjudul PERI YANG DIPENJARA DUA KALI.
Setelah salat Jumat, Komunitas Jazz Tulungagung naik panggung selama sekitar satu jam disusul duet bareng Adew dari API Bandung. Hari pertama FBM 2015 dipungkasi dengan acara Talkshow DESA LITERASI dengan narasumber Drs. haryadi pengelola Museum Wajakensis Tulungagung, Silan Baidowi dari BPDK Tulungagung, Suprapto salah seorang anggota tim penulisan sejarah desa Panjerejo kecamatan Rejotangan Tulungagung, dan Widji Paminto Rahayu pendiri komunitas lukis BONOROWO. Acara ini dipandu oleh Aris Thofira, relawan FBM 2015 yang masih kuliah di IAIN Tulungagung.
Bagaimana suasana panggung FBM 2015 setelah salat Jumat itu? Silakan simak laporan selanjutnya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H