Festival Jurnalis Warga 2014, 18-19 Oktober, di gedung C kampus FISIP Universitas Airlangga, Surabaya, sejatinya dihelat sebagai pesta para orang gila dari lima propinsi di Indonesia, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Papua, dan tuan rumah Jawatimur.
“Jurnalis Warga adalah sekumpulan orang gila. Gila meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya. Dengan suka rela menyebarkan informasi penting demi perbaikan pelayanan publik. Orang orang gila yang luar biasa,” kata Yayan Sakti Suryandaru Program Manager Pusat Kajian dan Komunikasi [Puskakom] Surabaya, di awal festival yang mengusung tema ‘Bisingkan Suara Kita Rek! Untuk Perbaikan Pelayanan Publik’ itu.
Selain para orang gila dari lima propinsi atau 24 kabupaten/kota di Indonesia, festival dihadiri oleh civitas akademik dari beberapa universitas negeri dan swasta di Jatim, seperti UNESA, UPN, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Bhayangkara Surabaya, Universitas dr. Soetomo, Universitas Negeri Trunojoyo Madura, dan tentu saja Universitas Airlangga Surabaya.
Festival yang dibuka resmi oleh Miss Carolina Konjen Amerika Serikat di Surabaya itu dihadiri pula beberapa tokoh media seperti Budi Putra dari The Jakarta Post Digital, Makrus dari SMS Gateway Jerat Papua, Suluh Nusantoro pemilik portal berita beritanusa.com. Budiharto direktur Detik.com, Yuyung redaktur fotografi Jawapos, juga Ari Utami manager news program LIIUR FM Tulungagung.
Beberapa pihak dari unsur pemerintah dan komunitas juga hadir, seperti perwakilan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah [KPID] Jawatimur, Komisi Informasi Jawatimur, Kominfo Jawatimur, Kemebdiknas, Kemenkes, Pemda Bondowoso, juga beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat yang terkait dengan media.
[caption id="attachment_330495" align="aligncenter" width="300" caption="Setop Sufor!"]
Menurut Yayan Sakti Suryandaru, festival Jurnalis Warga 2014 bertujuan untuk mengoptimalkan peran Jurnalis Warga dalam mendorong masyarakat melakukan pengawasan dan advokasi pelayanan publik. Selain itu sebagai forum tukar pengalaman bersama antar Jurnalis Warga.
Dia sangat berharap nantinya lebih banyak sinergi antara Jurnalis Warga dengan media lain yang selama ini lebih banyak menampilkan konten hiburan. ”Jika butuh berita, Jurnalis Warga siap menyediakannya,” kata lelaki humoris kelahiran Madiun itu.
Festival Jurnalis Warga ini diselenggarakan KINERJA-USAID dan Puskakom Surabaya. Elke Rapp, Chief of Party Kinerja-USAID menyampaikan bahwa KINERJA-USAID merupakan program bantuan teknis kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat, melalui United States Agency for International Development [USAID] alias Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat, yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik, melalui peningkatan pengelolaan atau manajemen pelayanan dan peningkatan partisipasi masyarakat, khususnya di tiga sektor pelayanan publik, yaitu pendidikan, peningkatan iklim usaha, dan kesehatan.
Masih menurut Elke, keberadaan Jurnalis Warga menjadi media pendukung program KINERJA-USAID, supaya pencapaian pelayanan publik dapat dikabarkan oleh warga sendiri. “Sekarang penyedia layanan publik harus transparan dan harus diawasi oleh warga,” katanya.
Elke Rapp juga mengatakan, Jurnalis Warga merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pelayanan publik, terutama bidang kesehatan, perijinan, dan pendidikan. Ia berharap Jurnalis Warga mampu mendorong masyarakat dalam melakukan pengawasan dan advokasi terhadap praktik praktik pelayanan publik.
Pengawasan dan advokasi, masih menurut Elke, dapat dilakukan berbagai cara seperti melalui tulisan maupun siaran radio dan televise local. Media social dan media mainstream juga menjadi sarana sangat penting menyebarkan tulisan Jurnalis Warga.
“Dalam membuat noising atau kebisingan melalui tulisan jurnalistik dapat dimasukkan melalui media social. Dengan demikian diharapkan isu isu advokasi dan pelayanan public dapat lebih luas diakses masyarakat,” kata Elke.
Pentingnya keberadaan Jurnalis Warga yang dibilang Yayan Sakti Suryandaru sebagai kumpulan orang orang gila juga diamini oleh Kandi Aryani, perwakilan fakultas Komunikasi UNAIR. Ia berpendapat, di jaman digital ini, warga sudah seharusnya punya kontribusi positif bagaimana menggunakan media sehingga memiliki kesadaran jurnalisme yang baik.
“Kita sebagai Warga tidak hanya hanyut terlena oleh pemberitaan media. Warga jangan hanya menjadi konsumen atau jangan hanya menjadi obyek berita, melainkan juga harus menjadi subyek yang memroduksi berita. Bagaimana kita menjaga dan membangun daya kritis terhadap media. Keberadaan Jurnalis Warga dapat menjaga daya kritis terhadap media,“ ungkap Kandi.
Dengan kata lain, menurut Kandi, Warga tidak hanya pintar mengritisi perilaku media, tetapi juga berpartisipasi dan mampu berkontribusi secara positif dalam menggunakan media. Jurnalis Warga menjadi sarana berbagi informasi dengan warga lainnya.
“Sehingga Warga akan terus memiliki kesadaran bermedia yang baik, memiliki kemampuan menyampaikan informasi yang cerdas, bukan menyampaikan informasi sampah sebagaimana kemarin banyak beredar ketika masa kampanye pilpres,” tegas Kandi Aryani.
Kehadiran para orang gila alias Jurnalis Warga menurut Imam Bukhori, Pendamping Jurnalis Warga kota Probolinggo, terutama adalah dalam rangka mengontrol segala kebijakan publik.
”Gaungnya harus lebih bising lagi. Harus menjadi sebuah gerakan nasional,” kata sosok pencetus salam tiga jari khas Jurnalis Warga yang kini lagi tren itu.
[caption id="attachment_330477" align="aligncenter" width="300" caption="Bukhori Probolinggo"]
[caption id="attachment_330482" align="aligncenter" width="300" caption="Miss Carolina"]
[caption id="attachment_330484" align="aligncenter" width="300" caption="Yana Papua"]
[caption id="attachment_330485" align="aligncenter" width="300" caption="Salam Tiga jari!"]