Ngrowo merupakan nama yang pernah digunakan kabupaten Tulungagung. berdasarkan catatan sejarah, jauh sebelum tampil kabupaten Tulungagung sekarang, daerah selatan sungai Brantas lebih dikenal sebagai kadipaten Ngrowo dan kadipaten Kalangbret. Dalam perjanjian Giyanti 13 Pebruari 1755M, kadipaten Ngrowo dan kadipaten Kalangbret masuk wilayah kekuasaan Mataram Yogyakarta. Mulai tanggal 05-07 Desember 2014, nama Ngrowo kembali ditampilkan dalam pagelaran seni budaya kearifan lokal Tulungagung bertajuk Ngrowo Culture Festival 2014.
Festival keren karya para anak muda yang tergabung dalam Persatuan Serikat Muda [PSM] itu secara resmi dibuka bupati Tulungagung Syahri Mulyo, Jumat malam kemarin, 05/12. Acara yang baru kali pertama digelar di Tulungagung ini berlangsung tiga hari atau berakhir pada Minggu malam ini.
“Festival ini kali pertama digelar di Tulungagung. Melihat antusiasme masyarakat Tulungagung, baik pengunjung maupun peserta, saya sangat berharap pagelaran Ngrowo Culture Festival menjadi agenda rutin tiap tahun. Tidak peduli siapa yang kelak melaksanakannya,” kata Syahri Mulyo dalam sambutannya Jumat malam kemarin.
Di atas panggung besar berlatarbelakang tulisan Aloon Aloon Tulungagung, Syahri Mulyo menyampaikan pula bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten Tulungagung masuk nomor 9 dari 38 kabupaten/kota di Jawatimur.
“Tentu, ketika acara acara seperti festival seni dan budaya local Tulungagung ini sering digaungkan atau sering dilaksanakan, maka para investor dari luar daerah semakin tertarik menanamkan modal di Tulungagung,” sambungnya.
Menurut Syahri Mulyo, aneka kekayaan local Tulungagung perlu sosialisasi dan promosi gencar. Terutama diekspos melalui media sosial, supaya para wisatawan luar daerah juga lebih tertarik berkunjung ke Tulungagung.
Ketua panitia Ngrowo Culture Festival, Dio Jordy Alvian, juga menyampaikan bahwa acara tersebut diadakan untuk mengangkat kearifan lokal Tulungagung. Putra sulung Bupati Tulungagung itu berharap kepada seluruh masyarakat Tulungagung untuk lebih mencintai kearifan lokal, terutama aneka produk UKM, sehingga dapat mengangkat nama Tulungagung.
"Ngrowo Culture Festival ini even persembahan untuk masyarakat Tulungagung, " kata Dio ketika memberikan sambutan dalam pembukaan festival.
Dio juga menyampaikan, festival ini juga dalam rangka menyongsong perdagangan bebas Asia yang dimulai tahun depan.
Pagelaran Ngrowo Culture Festival diikuti 45 stand yang banyak menampilkan kearifan local asli Tulungagung seperti batik, aneka kerajinan, makanan khas Tulungagung, hasil olahan makanan khasi Tulungagung, pernak pernik, juga penerbitan buku berbasis kearifan local Tulungagung.
Hadirnya stand dari Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club Tulungagung yang jadi satu stan dengan Griya Batik Gayatri Tulungagung itu menjadikan pagelaran festival terasa lebih berwarna. Itu karena stand milik penulis Tjut Zakiyah Anshari atau biasa dipanggil Bunda Zakyzahratuga menjadi satu satunya peserta yang mengusung semangat menyebarkan budaya membaca dan menulis di kabupaten Tulungagung.
Ali Murtadi kepala kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Tulungagung yang hadir dalam pembukaan hari pertama festival menyampaikan, Ngrowo Culture Festival 2014 adalah langkah cerdas generasi muda Tulungagung.
"Kita semua khususnya masyarakat Tulungagung perlu mengapresiasinya," kata Ali Murtadi yang juga berharap tahun depan Ngrowo Culture Festival dapat digelar kembali.
Harapan supaya acara seni budaya yang mengangkat kearifan lokal Tulungagung ini juga datang dari Sugeng, anggota Dewan Kesenian Tulungagung komite Tradisi. Ketika hadir dalam hari pertama, sosok yang biasa dipanggil profesor Sugeng di kalangan seniman itu mengapresiasi positif. "Ini even pertama di Tulungagung. terlepas dari adanya kekurangan kekurangan, kita harus mengapresiasinya," katanya.
Menurut Sugeng, satu kekurangan festival ini adalah lebih banyak menampilkan produk kekinian, kurang memamerkan produk asli Tulungagung yang sifatnya tradisional.
"Kalau Ngrowo, bagusnya banyak menampilkan produk jaman kadipaten Ngrowo. Semoga tahun depan dapat kembali digelar dan lebih bagus lagi," tambah pemerhati sejarah dan pemburu barang antik itu.
Imam Ghazali, sekretaris Dewan Kesenian Tulungagung menyampaikan, paling tidak Ngrowo Culture Festival 2014 sudah menunjukkan potensi dari generasi mudanya. "Generasi muda selalu punya semangat tinggi dalam dunia kreativitas, pemikiran, atau suka menawarkan sesuatu yang baru," kata Imam yang juga seorang pelukis.
Ngrowo Culture Festival yang diadakan di Aloon Aloon Tulungagung itu juga dimeriahkan oleh rangkaian gelar kesenian yang berkembang di Tulungagung seperti seni Jaranan, Reyog Kendang Tulungagung. Pagelaran kesenian ini berlangsung tiap malam bertempat di panggung utama. Minggu malam ini kemeriahan panggung itu bakal mencapai puncaknya.
Selamat untuk NGROWO CULTURE FESTIVAL 2014
[caption id="attachment_340033" align="aligncenter" width="300" caption="Bupati Tulungagung Syahri Mulyo saat membuka Ngrowo Culture Festival"][/caption]
[caption id="attachment_340034" align="aligncenter" width="300" caption="Mas Dio ketua panitia Ngrowo Culture Festival 2014 saat memberi sambutan dalam pembukaan festival"]
[caption id="attachment_340035" align="aligncenter" width="300" caption="Mas Dio di atas panggung utama berlatarbelakang tulisan keren bersepuh warna hijau Aloon Aloon Tulungagung yang menjadi satu trademark Tulungagung"]
[caption id="attachment_340036" align="aligncenter" width="300" caption="Mbak Ari Utami dari Liiur FM 90.9 Tulungagung saat menjadi host"]
[caption id="attachment_340037" align="aligncenter" width="300" caption="istri Bupati Tulungagung dalam balutan jilbab jambon keren"]
[caption id="attachment_340038" align="aligncenter" width="300" caption="mbak Wiji dari Griya Batik Gayatri"]
[caption id="attachment_340039" align="aligncenter" width="300" caption="Bupati Tulungagung memainkan kuas lukis"]
[caption id="attachment_340040" align="aligncenter" width="300" caption="Goresan pertama bupati Tulungagung diteruskan pelukis Nurali yang belum lama ini dapat penghargaan di Australia"]
[caption id="attachment_340041" align="aligncenter" width="300" caption="kolaborasi lukis, Jimbe, dan pembacaan puisi"]
[caption id="attachment_340042" align="aligncenter" width="300" caption="pak Ali Murtadi kepala perpustakaan Tulungagung bersama pak Gatot Purwanto kepala dinas kesehatan Tulungagung dalam acara pembukaan festival. tampak sangat akrab. jempol keren pak."]
[caption id="attachment_340043" align="aligncenter" width="300" caption="pagelaran tarian berjudul Sri Menganti"]
[caption id="attachment_340044" align="aligncenter" width="300" caption="Siwi Sang"]
[caption id="attachment_340046" align="aligncenter" width="300" caption="Bupati Tulungagung saat kunjungi stan Sanggar Kepenulisan Pena Ananda dan Griya Batik Gayatri. tampak Bunda Zakyzahratuga pengasuh sanggar sedang berbicara tentang buku sejarah Girindra Pararaja Tumapel Majapahit yang di dalamnya memuat sejarah Tulungagung karya Siwi Sang"]
[caption id="attachment_340049" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Haryadi pamungkas pengelola museum Wajakensis Tulungagung berkaos Majapahit. Hasill jepretan foto ini menggunakan kamera beliau yang saya pinjam. di sebelahnya Bunda Zakyzahra adalah Imam Ghazali."]
[caption id="attachment_340058" align="aligncenter" width="300" caption="makanan khas Tulungagung yang bikin ngiler nikmat"]
[caption id="attachment_340059" align="aligncenter" width="300" caption="profesor Sugeng"]
__________
SIWI SANG-Jurnalis Warga Tulungagung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H