Anda guru di sekolah negeri? Siswa adalah alasan utama kita para guru berada di kelas. Setuju? Siswa adalah alasan kita rela lama menunggu proses mengunggah dari internet demi materi tambahan yang bagus dan menarik untuk bahan mengajar keesokan hari. Setuju? Siswa adalah pribadi yang unik dengan kecerdasannya sendiri yang karena usianya masih memerlukan dukungan kita sebagai guru. Â Setuju? Jika Anda setuju, maka kita berada pada arah yang sama.
Saat saya mendapatkan ilmu tentang pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, saat itu juga saya jatuh cinta pada segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan di sekolah dasar dan menengah. Pendidikan di level dasar dan menengah merupakan yang terpenting, dan menjadi bekal seseorang untuk menjadi apa pun yang diinginkan. Laksana petani, guru sekolah dasar dan menengah menjadi sangat dekat dengan benih yang akan ditanam dan menjadi salah satu yang andil dalam membuat benih-benih itu tumbuh dengan baik dan optimal. Karena ingin menjadi yang berperan penting, maka saya putuskan untuk mengajar di sekolah. Mengajar mulai dari Play Group hingga SMA/SMK sudah saya alami, membuat pekerjaan ini menjadi sebuah panggilan yang membahagiakan. Alami begitu saja. Menyenangkan.
Di kampus yang sama  saya mendapat tantangan dari seorang dosen; jika memutuskan untuk menjadi guru, maka jadilah guru yang sebenarnya, yang mengajar dengan penguasaan dan persiapan materi yang baik dan mendidik dari hati; kedewasaan pikiran, dan keluhuran budi. Tentu itu PR yang hingga kini sangat menantang mengingat tidak mudahnya seseorang untuk menjadi guru yang selalu prima di setiap waktu. Guru tidak hanya di dalam kelas. Guru adalah tetap guru di luar kelas. Guru harus bisa dicontoh dan ditiru. Guru harus mampu membuat siswa terlibat dalam proses belajar, seperti kata Benjamin Franklin: tell me and I forget, teach me and I remember, involve me and I learn. Itulah mengapa menjadi guru yang sebenarnya adalah PR sepanjang hayat.
Menjadi guru di sekolah negeri akhirnya menjadi jalan hidup saya. Selama hidup saya bersekolah di luar negeri, alias swasta, maka menjalani pendidikan di sekolah negeri adalah sesuatu yang baru. Disini tantangan semakin besar. Saya tidak tahu sejak kapan, tapi Anda mungkin setuju jika guru-guru negeri sempat dipandang miring. "Guru PNS mbolos? Ah, biasaa..". Bahkan saya sempat membaca di media sosial ada yang menulis status seperti ini: ' Mana yang lebih merusak anak, merokok di depannya atau menyekolahkannya di sekolah negeri?'  Hal tersebut bisa dimakhlumi, karena mungkin mereka pernah mengalami kekecewaan terhadap kinerja satu-dua guru di sekolah negeri tertentu. Namun saya ingin berbagi bahwa guru-guru negeri yang saya kenal baik selama ini tidaklah demikian. Mereka adalah guru-guru yang  disiplin, cakap pada bidangnya masing-masing, dan peduli pada esensi pendidikan itu sendiri. Diskusi tentang the best practice atau metode pengajaran disela-sela istirahat/break sering kami lakukan dengan gembira. Masing-masing guru ingin memberikan yang terbaik di kelas dan semangat itu sangat tampak pada wajah-wajah yang tulus. Sekolah kami juga memiliki semangat yang tinggi untuk maju dan memberikan yang terbaik bagi siswa. Setiap Senin pagi setelah upacara, kami para guru meluangkan waktu sekitar 10-15 menit untuk briefing bersama, bahwa apa yang akan kami lakukan seminggu ke depan adalah sesuatu yang penting bagi siswa dan sekolah. Pada kesempatan itulah  kami dapat saling memberi masukan, opini, atau uneg-uneg yang saling membangun dalam suasana yang sangat kekeluargaan.
Bagaimana dengan di sekolah negeri Anda? Semoga kepercayaan masyarakat kepada kita para guru di sekolah negeri semakin bertambah. Mari refleksi dan memperbaiki diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H